Green Tour Polres Jayapura Kota tanam 1.550 bibit pohon

Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano saat menanam bibit pohon ketapang di TPU Buper Waena. - Jubi/Ramah
Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano saat menanam bibit pohon ketapang di TPU Buper Waena. – Jubi/Ramah

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan alam, Polres Jayapura Kota menanam sebanyak 1.550 bibit pohon dalam rangka Green Tour, pada Senin (7/1/2020).

Read More

1.550 bibit pohon tersebut tersebar di Pantai Menduk Teluk Youtefa sebanyak 200 bibit mangrove, Koya Koso sebanyak 400 bibit pohon rambutan, jambu mete, mahoni, saga, araukaria, TPU Buper Waena sebanyak 500 bibit pohon trembesi, ketapang, tanjung, dan Pasir VI sebanyak 450 bibit pohon nyatoh, cemara, akasia, blumei, dan merbau.

Kapolres Jayapura Kota, AKBP Gustav Urbinas mengatakan tempat yang sudah ditanami bibit pohon menjadi wilayah binaan dengan melibatkan Polsek di masing-masing wilayah.

“Apa yang sudah ditanam ini semoga bisa tumbuh dan bermanfaat untuk mencegah bencana alam, menghijaukan, dan melestarikan alam sebagai bentuk tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, Urbinas menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, komunitas otomotif, gojek, rumah bakau Jayapura, masyarakat adat, dan paguyuban yang sudah berpartisipasi dalam Green Tour tersebut.

“Apa yang dilakukan ini tidak berhenti sampai di sini tapi terus berlanjut. Keberadaan kami harus bermanfaat bagi manusia dan lingkungan. Kegiatan ini juga untuk menyongsong 10 Januari 2020 yang akan dilakukan penanaman bibit pohon serentak di seluruh Indonesia,” jelas Urbinas.

Ketua Dewan Adat Kabupaten Jayapura, Daniel Toto mengatakan kegiatan menanam pohon wajib hukumnya bagi seluruh masyarakat di Kota dan Kabupaten Jayapuran, karena hutan telah memberikan kotribusi seperti air, udara, dan kebutuhan lainnya yang berhubungan dengan hutan.

“Kondisi hari ini terjadi perbedaan 20 tahun lalu karena perambahan hutan sehingga debit air menurun bahkan ada yang mengering karena aktivitas manusia yang menebas habis hutan. Kalau tidak jaga kawasaan maka mata air akan berubah menjadi air mata karena output-nya adalah bencana dan kemungkinan besar terjadi longsor,” jelas Toto. (*)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply