Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,
Jayapura, Jubi – Anggota Komisi V DPR Papua bidang pendidikan dan budaya, Natan Pahabol menyatakan perlu ada satu buku berkaitan dengan budaya dan bahasa setiap suku orang asli Papua (OAP) yang tersebar pada lima wilayah adat di Papua dan dua di Papua Barat.
Ia mengatakan, buku itu sangat bermanfaat untuk generasi Papua kedepan. Jangan sampai generasi Papua mendatang tak lagi paham budaya, bahasa dan suku yang ada di Tanah Papua.
"Itu bisa saja terjadi seiring perkembangan jaman. Sekarang saja mungkin sudah banyak generasi Papua yang tak tahu betul akan hal itu. Tak tahu bahasa daerahnya. Dengan adanya buku tersebut akan menjadi pedoman generasi Papua kedepan," kata Natan Pahabol pekan lalu.
Menurutnya, dalam buku itu memuat setiap marga yang ada di Papua, bahasa dan kebudayaan masing-masing suku yang berada di tujuh wilayah adat. Misalnya wilayah adat Lapago dalam buku dijabarkan seperti apa budaya, bahasa setiap suku dan marga apa saja yang ada di daerah itu serta lainnya.
"Di Meepago, Tabi, Animha, Saireri serta dua wilayah adat di Papua Barat yakni Domberai dan Bomberai juga begitu," ucapnya.
Sekretaris Fraksi Gerindra DPR Papua itu mengingatkan pemerintah provinsi setempat menganggarkan dana dalam APBD Induk 2017 untuk membetuk tim melakukan kajian guna pembuatan buku tersebut. Katanya, tim terdiri dari pihak akademisi diantaranya antropologi, budayawan dan pihak berkompeten lainnya, termasuk bekerjasama dengan unversitas yang dinggap punya kemampuan.
"Memang untuk menulis buku itu butuh waktu panjang. Perlu banyak kajian, referensi dan lainnya. Tapi ini penting untuk generasi Papua kedepannya. Misalnya saja selama ini kita hanya tahu ada 250 bahasa lebih di Papua. Tapi kita tak tahu jelas bahasa dari suaku mana saja. Dalam buku itu nantinya bisa dijabarkan," katanya.
Salah satu mahasiswa yang ada di Kota Jayapura, Kalion mengatakan, ide itu ada baiknya. Tak dipungkiri kini semakin banyak generasi muda Papua, terutama yang lahir dan besar di kota tak begitu paham budaya mereka.
"Bahkan sudah ada yang tak tahu menggunakan bahasa daerahnya. Perkembangan zaman membuat kebanyakan generasi muda Papua yang lahir dan besar di kota tak begitu paham lagi budayanya," kata Kalion. (*)