Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi — Ethiopia mendeklarasikan status darurat nasional selama enam bulan, usai pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) merebut sejumlah kota di Amhara dan berencana menuju ibu kota, Addis Ababa. “Negara kami menghadapi bahaya besar terhadap keberadaan, kedaulatan, dan persatuannya. Dan kami tidak bisa menghilangkan bahaya ini melalui sistem dan prosedur penegakan hukum yang biasa,” kata Menteri Kehakiman Ethiopia, Gedion Timothewos, dikutip Antara dari Reuters, Rabu, (3/11/2021).
Gedion mengumumkan darurat militer itu Selasa (2/11/2021) setelah TPLF mengklaim berhasil merebut Dessie, Kombolcha, dan Burka dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga : Sudan usir pasukan Ethiopia dari perbatasan
Konflik bendungan Ethiopia, PBB dukung Uni Afrika jadi mediator
Korban tewas akibat konflik di kawasan Ethiopia ini mencapai 600 orang
Ia mengatakan siapapun yang melanggar status darurat akan menghadapi hukuman tiga hingga 10 tahun penjara. Pelanggaran itu mencakup memberikan dukungan finansial, material atau moral kepada kelompok teroris.
Pengumuman itu muncul dua hari usai Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mendesak warga mengangkat senjata untuk melawan TPLF.
Pemerintah Kota Addis Ababa juga meminta penduduk untuk mendaftarkan senjata mereka dan bersiap mempertahankan wilayahnya. “Warga bisa berkumpul di wilayah mereka dan menjaga lingkungan mereka,” tulis pernyataan resmi Pemkot Adis Ababa.
Mereka yang memiliki senjata tetapi tak bisa turut berperan menjaga lingkungan disarankan untuk menyerahkan senjata mereka kepada pemerintah atau kerabat dekat atau teman mereka. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol