Papua No. 1 News Portal | Jubi
Manokwari, Jubi – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Papua Barat mengecam tindakan penyaniayaan terhadap tenaga dokter yang bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waisai, Raja Ampat oleh keluarga pasien hingga mengalami luka sobek pada bibir.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Papua Barat, dr.Titus Taba yang dikonfirmasi, membenarkan insiden penganiayaan telah dilakukan oleh oknum keluarga pasien terhadap salah satu anggota IDI Papua Barat berinisial FJ saat sedang menjalankan tugas di RS Waisai Raja Ampat, Selasa kemarin.
“IDI Papua Barat sudah menerima informasi tersebut dan melapor ke IDI Pusat. Besok, dari kementerian kesehatan dan IDI pusat akan turun ke Raja Ampat untuk melihat kondisi korban (FJ) sekaligus meninjau langsung pelayanan di RS Waisai Raja Ampat,” ujarnya via ponsel, Kamis (14/2/2019).
Dikatakan Titus, tugas pelayanan dokter adalah tugas kemanusiaan yang seharusnya dilindungi oleh masyarakat, bukan sebaliknya dianiaya atau diintimidasi saat sedang menjalankan tugas pelayanan. Dia juga sesalkan kondisi RS Waisai yang tidak dilengkapi dengan petugas keamanan.
“Saya minta masyarakat tidak main hakim sendiri jika dokter menyampaikan resume (hasil pemeriksaan) dari pasien yang ditangani. Ada prosedurnya bila masyarakat tidak puas dengan pelayanan dokter. Bukan berarti harus main hakim sendiri sampai aniaya dokter. Saya juga sesalkan karena di RS Waisai Raja Ampat tidak ada petugas keamanan untuk menjaga keamanan di sekitar RS,” ujarnya.
Menurut Titus, jaminan keamanan bagi para dokter yang bertugas di daerah tampaknya tidak ada dan hal ini bisa berimbas pada minimnya keinginan para dokter bertugas di daerah. Hal itu, kata Titus, akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di masyarakat. Imbasnya derajat kesehatan masyarakat ikut terpengaruh.
“Kami ingin bekerja tenang, Pokoknya usut tuntas. Berikan perlindungan kepada kami para dokter, apalagi yang tugas didaerah,” tutur Titus.
IDI Papua Barat juga mendesak kepolisian sektor Raja Ampat untuk mengusut tuntas kasus tersebut, sehingga tidak ada celah bagi oknum pelaku penganiaya tenaga dokter di daerah.
“Kami minta kepastian hukum guna pengusutan sampai tuntas kasus pemukulan seorang dokter Raja Ampat,” imbuhnya.
Adapun kronologis kejadian pemukulan tersebut menurut dr.FJ (korban), kejadian berawal saat pasien dibawa keluarganya dalam kondisi darurat. Saat tiba di IGD dan diperiksa, pasien terlihat sudah tidak punya tanda-tanda kehidupan alias sudah meninggal dunia.
Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada pihak keluarga pasien. Bukannya mendapat respons yang baik, dokter yang menangani pasien malah dianiaya hingga dokter mengalami luka serius pada bibir bagian bawah.
“Saya sebagai dokter jaga dari ruangan saya langsung periksa pasien. Karena memang ini pasien emergency (darurat) saya mendahulukan keselamatan pasien, lalu saya ambil tindakan pertama untuk periksa pasien,” jelas Dokter FJ seperti dilansir sindonews.com, Selasa (12/2/2019).
Usai pemeriksaan pasien, FJ menyampaikan hasil medis kepada pihak keluarga di mana pasien telah meninggal dunia. Bukannya mendapat respons yang baik, FJ langsung diserang oleh dua anak pasien di mana seorang menarik kerah bajunya dan seorang adiknya memukul dokter pada bagian bibir yang menyebabkan korban mengalami luka serius.
Direktur RSUD Raja Ampat dr. Agus Arianto, S.pb, membenarkan adanya tindakan penganiayaan terhadap sejawatnya itu. Dirinya mengaku kecewa dengan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan keluarga pasien. Menurutnya, pelayanan petugas medis atau Dokter jaga di RSUD Waisai dalam mengambil tindakan pertolongan kepada pasien sudah sesuai prosedur.
Terkait aksi mogok para petugas medis di IGD RSUD Waisai, menurut Agus itu merupakan spontanitas dari para petugas medis terkait adanya kasus penganiayaan rekan mereka oleh keluarga pasien.
“Bukan mogok sebenarnya, itu kalau mau dibilang spontanitas. Karena ada rekan mereka dianiaya, jadi lebih pada mengamankan diri, takutnya hal itu terjadi lagi begitu, tapi pelayanan kesehatan di IGD RSUD sudah kembali normal, tadi sudah ada pelayanan dan korban juga sudah melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian,” ungkap Agus. (*)
Editor : Edho Sinaga