Papua No.1 News Portal | Jubi
Port Vila, Jubi – Perdana Menteri Vanuatu, Bob Loughman, sedang dihadapkan dengan sebuah mosi tidak percaya di Parlemen, upaya pertama untuk menyingkirkannya dari jabatan itu sejak ia terpilih setelah pemilihan umum pada Maret tahun lalu.
Kubu Oposisi, yang dipimpin oleh Ralph Regenvanu, menuduh pemerintah Loughman membelanjakan dana negara dengan berlebihan untuk kepentingan pribadinya pada saat negara itu sedang menghadapi krisis nasional.
Perekonomi Vanuatu telah melemah akibat pandemi, dimana industri utamanya yaitu pariwisata, hampir terhenti total, situasi yang lalu diperburuk oleh serangan siklon tropis Harold pada April 2020.
Tuduhan akan salah kelola beasiswa dan pemerintah tidak memberikan sanksi bagi Anggota Parlemen (MP) juga dimasukkan dalam mosi yang diajukan oleh oposisi.
Ketika program Pacific Beat meminta MP Regenvanu untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang alasan di balik mosi yang akan dibahas parlemen dalam waktu dekat, dia menolak untuk memberikan komentar apa-apa. Ia akan memerlukan dukungan dari setidaknya 26 MP lainnya jika ia ingin mosi itu menang.
Menurut pakar yang sudah lama mengamati panggung politik di Vanuatu dan sekarang memimpin proyek Pacific Hub di Griffith Asia Institute di Austalia, Dr. Tess Newton Cain, saat ini sang perdana menteri tampaknya masih punya dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan jabatannya.
Tetapi, dia melanjutkan kepada Pacific Beat, kenyataan bahwa semua MP dari sisi pemerintah telah dipanggil ke kamp untuk berembuk menunjukkan bahwa PM Loughman menanggapi ancaman oposisi dengan serius.
Tentang peluang MP Regenvanu untuk mengalahkan Loughman, Dr. Newton Cain menjelaskan bahwa kepemimpinan yang kuat saja belum cukup dalam politik Vanuatu.
“Itu sebenarnya tentang kemampuan untuk menyatukan dan mempertahankan koalisi yang tepat. Itu adalah sesuatu yang, saya pikir, kita saksikan susah dilakukan Regenvanu di masa lalu, dan seperti keadaan saat ini, itu adalah tugas yang berat.”
Sementara itu menurut laporan RNZ Pacific, Ketua parlemen Vanuatu telah menyatakan kursi PM, wakil PM< dan 16 MP pemerintah lainnya kosong setelah mereka absen tiga hari. Tetapi para MP, termasuk PM Loughman, menolak untuk meninggalkan kursi mereka hingga penjaga keamanan dipanggil ke ruang sidang parlemen dan adegan adu teriak pun terjadi. (Pacific Beat)
Editor: Kristianto Galuwo