Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Distrik Siriwo, Kabupaten Paniai menyimpan potensi emas hijau yang cukup luas. Namun sayang, tak pernah dipetik.
Berbekal optimisme dari program prioritas budidaya kopi Arabika dari skema dana kampung, Siriwo siap membenahi kebun yang ada dan mulai menanam kembali. Sekaligus dengan harapan sarana transportasi jalan bisa dirampungkan Pemerintah Paniai guna memudahkan pemasaran biji kopi yang akan diolah.
Kebun terlantar
Adalah Alpius Bunai (54 tahun) seorang perintis budidaya emas hijau atau kopi Arabika di Siriwo. Pada tahun 1974 dia mendapatkan bibit kopi di SD YPPGI di Idakebo, Kamu Timur, yang sekarang masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Dogiyai. Bibit itu diberikan oleh Adolof Pigai, seorang perintis budidaya kopi Arabika di Meepago.
Tanggal 23 Oktober 1974 pada waktu SD YPPGI di Idakebo, yang kasi bibit kopi ini bapak kepala perkebunan bernama Adolof Pigai, kampungnya di Pautadi Kamu Timur.
Pada 15 Juni 1975 persemaian benih dan koker kopi. Tahun 1976 mulai pekerjaan kebun kopi dan 1976-1980 sudah berbuah, bibit berkembang banyak. Tahun 1980-1985 pohon menjadi subur dan cukup berkembang banyak. Tahun 1986 sudah mulai bagi bibit-bibit ke beberapa kampung, ungkap Alpius Bunai, seorang pendeta sekaligus petani kopi di Dadou, Siriwo.
Namun potensi ini tidak berbuah pendapatan uang karena biji-biji kopi dari pohon-pohon yang subur itu sebagian besar tidak pernah dipetik. Di Dadou saja, pohon-pohon kopi tua ini bisa mencapai 10.000 pohon, yang kondisinya saat ini tak terawat hingga berubah menjadi hutan kopi.
Menurut Kepala Kampung Bua, Andreas Obaipa, masalah transportasi menjadi kendala utama pemasaran hasil. Kami punya pohon-pohon kopi sudah ada dari bapak-bapak dahulu, tapi masalahnya ongkos trasportasi (untuk angkut biji hijau) terlalu tinggi. Jadi buah-buah yang sudah ada ini tidak pernah dipetik karena tidak ada penjualan, paparnya sambil meminta Pemkab Paniai meneruskan pembangunan jalan.
Pasar dan transportasi
Masalah pasar dan transportasi menjadi fokus tantangan yang diungkapkan masyarakat menanggapi program budidaya kopi Arabika Siriwo ke depan.
Namun Herison Pigai, Direktur YAPKEMA yang juga seorang Master Trainer budidaya kopi Arabika menambahkan disamping masalah transportasi yang pembenahannya memakan waktu dan dana yang tidak sedikit, pertama-tama semangat para petani ini harus dibangkitkan kembali terhadap budidaya kopi Arabika. Optimisme masyarakat terhadap potensi pasar yang baru dapat dibina melalui pembenahan penananam dan pemrosesan pasca panen. Sambil mencari jalan keluar terkait persoalan transportasi.
Sayang sekali 10.000 pohon ini tak pernah dipetik sehingga tidak menghasilkan uang. Padahal di luar sana orang keluarkan uang banyak untuk mendapatkan biji kopi (dari Papua). Jadi keluhan terkait pasar sudah terjawab, asalkan benih dan biji hijau yang dihasilkan juga baik, ujarnya.
Terkait masalah transportasi dia meminta Pemkab Paniai meneruskan pembangunan jalan tembus ke Siriwo yang terhenti dan menyubsidi penerbangan ke distrik itu.
Seluruh kampung di Siriwo ini sudah ada kebun kopinya, karena itu masyarakat meminta agar pembangunan jalan dirampungkan serta pemkab menyubsidi penerbangan. Bila ini bisa diwujudkan dirinya yakin ke depan kopi bisa menjadi sumber pendapatan yang cukup di Siriwo.
“Sehingga orang-orang yang urbanisasi ke Kilo 100, Enarotali, dan Nabire akan kembali ke Siriwo karena harga kopi bagus,” paparnya.
Distrik Siriwo terdiri dari 12 kampung yang semuanya berpotensi bagi budidaya kopi Arabika Paniai. Distrik ini menjadi distrik pertama yang dikunjungi tim asistensi program budidaya kopi Kabupaten Paniai yang tiba di Kampung Dadou, Distrik Siriwo, Paniai Senin, 19 Agustus 2019.
Dadou adalah pusat pemerintahan Distrik Siriwo yang terdiri dari 12 kampung: Bua, Todia, Kepi, Mugubutu, Dogomouto, Nomokepota, Eguai, Degatadi, Uwoyupi, Wegekebo, dan Yinotadi. Di distrik ini program pelatihan kader-kader budidaya kopi tingkat kampung di Kabupaten Paniai dimulai.
Program pelatihan kader kopi ini difasilitasi oleh Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA) sebagai Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) di bawah Dinas BPMK Kabupaten Paniai, dengan tujuan untuk mencetak pelatih-pelatih dan petani kopi profesional tingkat kampung.
Distrik Siriwo hanya bisa dicapai dengan penerbangan sekitar 35 menit dari Nabire atau berjalan kaki sekitar sehari dari Epomani dan Bousa, di Distrik Siriwo Kabupaten Nabire. (*)
Editor: Angela Flassy