Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Nabire, Jubi – Dinas kesehatan Kabupaten Nabire melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Bumi Winorejo, dan Klinik St. Rafael Bukit Meriam menggelar temu kangen Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) tanpa stigma dan dikriminasi bagi penderita HIV.
Kepala Bidang P2P Dinkes Nabire, dr. Frans Sayori, mengakatan dari evaluasi Dinkes Papua, semua penderita HIV-AIDS harus dilayani dan harus minum obat. Dari evaluasi tersebut diakui masih banyak kendala.
“Terutama bagi penderita masih banyak ditemukan tidak minum obat dengan teratur bahkan putus mengkonsumsi,” ujar Sayori, dalam pertemuan yang diselenggarakan di Pantai wisata Gedo Nabire, Sabtu (10/11/2018).
Namun kata Sayori, khusus untuk Nabire dengan hadirnya KDS maka pihak kesehatan, klinik, bersama penderita bisa membangun komunikasi dan mendapatkan informasi tentang prospek serta tujuan dari penderita dalam mengkonsumsi obat ARV.
“Maka perlu informasi dan komunikasi yang baik agar tidak ada lagi yang putus minum obat. Mungkin kita akan programkan pemberian dilakukan tiga bulan sekaligus dan tentu pendampingan terus dilakukan,” katanya.
Satu lagi, menurut dr. Sayori, ke depan setiap PKM di Nabire akan dibentuk KDS guna secara bersama melakukan kontrol bagi orang terinfeksi HIV.
Sebab, obat ARV harus diminum seumur hidup. Berbeda dengan malaria, minum obat tiga hari saja sudah bosan, apalagi ini harus seumur hidup minum. Ini menjadi tuga KDS untu selalu memberikan semangat kepada para penderita HIV yang didampinginya.
“Saya harap semangat dari semua pihak untuk terus memberikan bantuan dan pelayanan kesehatan, serta mencari jalan keluar dalam mengatasi masalah HIV. Pertemuan ini bisa menghasilkan satu program yang baik untuk mengatasi masalah ini ke depan nantinya,” harap Sayori.
Koordinator KDS Reaksi Rafael Bumi Wonorejo Club, dr Pungky Pancawardani, mengatakan tujuan pertemuan adalah terkait pasien yang ditangani dan belajar untuk bisa menerima orang lain apa adanya.
“Ini untuk bagaimana secara bersama-sama membangun hidup yang lebih baik dan sehat agar bisa melindungi keluarga maupun masyarakat dari infeksi HIV,” terangnya.
Menurut Pungky, kendala yang sering dihadapi dalam penanganan HIV di Kabupaten Nabire adalah setiap orang terinveksi HIV takut untuk membuka diri bahkan takut tidak diterima di masyarakat dan keluarga. Mereka merasa bahwa sakit ini tidak bisa dikendalikan.
Padahal dengan obat yang ada akan membuat pendertita HIV sehat dan penerimaan keluarga maupun masyarakat yang baik akan memberikan kualitas hidup mereka dan harapan hidup lebih lama.
“Maka dengan KDS diharapkan setiap orang yang paham dengan baik dan benar bisa mendukung saudaranya yang sedang minum obat ARV agar bisa tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya dan ikut berperan aktif dalam masyarakat,” tuturnya.
Lanjutnya, peran yang diharapkan adalah dari semua pihak dalam pengertian tentang apa itu HIV. Sebab jika tidak benar dalam pemahaman, pastinya akan menimbulkan sikap yang keliru sehingga tidak memberikan ruang bagi saudara yang masih memiliki harapan untuk hidup.
“Jadi mesua lini, pemerintah, masyarakat, toga, toda, dan keluarga punya peran dalam membantu penderita,” katanya.
Untuk PKM Bumi Winorejo dan Klinik st Rafael, data menunjukkan terdapat sekitar 400 penderita HIV yang dilayani dan aktif mengambil obat. (*)