Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Jenazah kedua peserta unjuk rasa menolak pemekaran Provinsi Papua yang menjadi korban bentrokan demonstran dan aparat keamanan di Dekai, ibu kota Kabupaten Yahukimo pada Selasa (15/3/2022) kemarin akhirnya dimakamkan di Dekai, Rabu (16/3/2022). Jenazah Yakob Meklok dan Esron Weipsa dimakamkan di pinggir jalan raya sebagai simbol perlawanan masyarakat terhadap Otonomi Khusus dan pemekaran yang dipaksakan Jakarta.
Hal itu dinyatakan Kepala Suku Meek, Mathias Suu, kepada Jubi, Rabu. Ia menjelaskan jenazah Yakob Meklok dan Esron Weipsa dimakamkan di Jalan Gunung, dekat Kali Bonto, Desa Tomon Satu, Distrik Dekai Kota, Kabupaten Yahukimo.
Mathias Suu mengatakan pihak keluarga korban sepakat untuk memakamkan kedua jenazah di pinggir jalan raya, tak jauh dari kompleks pemukiman warga suku Meek. Keluarga kedua korban menyatakan hal itu merupakan simbol perlawanan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah di Jakarta yang memaksakan Otonomi Khusus Papua dan pemekaran Provinsi Papua.
Baca juga: Polda Papua nyatakan kondisi Yahukimo relatif aman dan kondusif
“Keluarga meminta kubur di [pinggir] jalan raya supaya itu menjadi [simbol] mayat penolakan Otonomi Khusus dan penolakan yang ditawarkan oleh pemerintah pusat. Jadi, kami kubur di [pinggir] jalan raya, di mana jalan naik ke gunung, ada penggalian Kali Bonto, pas pintu masuk kompleksnya orang Meek. Kami kubur supaya setiap orang lewat lihat itu mayatnya penolakan Daerah Otonom Baru. Itu sebagai simbol, korban yang jatuh saat menolak pemekaran wilayah di Tanah Papua,” kata Mathias Suu.
Suu mengatakan pemakaman jenazah Yakob Meklok dan Esron Weipsa dilakukan pada Rabu sekitar pukul 14.30 WP. Menurutnya, ribuan warga dari 12 suku yang ada di Kabupaten Yahukimo menghadiri pemakaman itu.
“[Mereka] dimakamkan bersama-sama di dalam satu [liang] kubur. Tadi diantar hampir 12 suku yang ada di Dekai. Awalnya memang ada yang panik [karena rasa trauma pasca konflik antar warga pada 3 Oktober 2021]. Akan tetapi, setelah kami duduk sampaikan bahwa ini dua orang korban oleh karena penolakan DOB, semua masyarakat bahkan pemerintah pergi [menghadiri pemakaman]. Beberapa organisasi, masyarakat adat, semua pergi untuk berikan penghormatan terakhir,” jelas Suu.
Baca juga: 2 SST Brimob Polda Papua tiba di Yahukimo
Pada Selasa (15/3/2022) lalu, terjadi demonstrasi menolak rencana pemekaran Provinsi Papua terjadi di Dekai. Awalnya, unjuk rasa itu berlangsung dengan damai dan tertib, dan para demonstran bergantian menyampaikan aspirasi mereka menolak rencana pembentukan DOB atau provinsi baru. Para demonstran dan polisi juga sempat bernegosiasi, ketika demonstran meminta polisi menghadirkan anggota DPRD Yahukimo untuk menerima aspirasi mereka.
Sejumlah narasumber yang dihubungi Jubi menuturkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan terjadi setelah seorang polisi yang membawa kamera mengambil gambar para pengunjuk rasa. Sejumlah pengunjuk rasa memprotes hal itu. Protes itu berlanjut menjadi adu mulut antara demonstran dan polisi, lalu terjadi pelemparan batu.
Polisi kemudian menembakkan gas air mata, membuat massa kacau. Saat itu, bunyi tembakan juga terdengar. Data Kepolisian Daerah Papua menyebutkan ada dua warga yang meninggal dunia dalam bentrokan itu, yaitu Yakob Dell dan Erson Wipsa. Yakob Dell meninggal dunia karena luka tembak di bawah ketiak kanan. Sementara Erson Wipsa meninggal karena luka tembak di punggung kiri.
Selain itu, ada tiga orang lain yang menjadi korban terluka dalam bentrokan tersebut. Mereka adalah Briptu Muhammad Aldi (luka di bagian kepala), Itos Hitlay (luka tembak di paha kiri), dan Luki Kobak (luka tembak di paha kanan). Peristiwa itu memicu amuk massa yang membakar sejumlah roku dan kantor pemerintah di Dekai.
Baca juga: Polda Papua akan dalami penyebab kericuhan di Yahukimo
Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli saat dihubungi Jubi pada Rabu menyatakan bahwa jenazah Jenazah Yakob Meklok dan Esron Weipsa telah dimakamkan. “Keadaan di Yahukimo sudah kondusif. Jenazah sudah dimakamkan bersamaan di satu tempat, karena mereka dari satu suku, [yakni] suku Meek,” kata Yahuli kepada Jubi.
Meski sejumlah ruko dan kantor pemerintah yang dibakar amuk massa pada Selasa belum diperbaiki, Yahuli menyatakan aktivitas ekonomi masyarakat umum kembali normal. “Ekonomi atau pelayanan publik di tempat-tempat umum juga sudah jalan, dan semua dalam posisi baik-baik semua,” kata Yahuli.
Ia mengatakan pihaknya akan mendorong proses hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat bentrokan pasca unjuk rasa menolak pemekaran Provinsi Papua pada Selasa. “Jadi, kondisinya seperti itu. Kita tetap menunggu pertanggungjawaban dari pelaku atau orang-orang yang merancang, merencanakan dan melakukan demo ini untuk nyawa dua orang yang hilang, dan semua material yang rusak dibakar,” kata Didimus Yahuli. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G