Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Sentani, Jubi – Keterbatasan tempat bukan kendala. Asal ada niat dan semangat, memulai usaha di tempat sempit dan sederhana pun ternyata bisa mendatangkan penghasilan yang bisa menafkahi keluarga.
Di ruangan berbentuk segitiga, dengan lebar sekitar 4 meter dan panjang kurang lebih 20 meter, Ahmad Wiyanto memulai usahanya, membuat dan memperbaiki meubel.
“Usaha meubel ini baru berjalan sekitar 10 bulan,” ucapnya, saat ditemui Jubi di tempat usahanya, Senin (30/10/2017).
Tempat usaha meubel pria asal Tegal, Jawa Tengah, ini berada di samping jalan kampus STIPER di Sentani. Meski baru 10 bulan, namun Ahmad sudah banyak menerima order perbaikan meubel maupun menerima pesanan sofa.
“Selain bikin sofa, saya juga terima service sofa. Dalam satu hari itu tidak tentu. Dalam sebulan bisa keluar 5 sampai 6 set sofa. Kalau yang masuk minta diperbaiki itu 5 set paling sedikit. Satu minggu biasanya hanya satu set saja,” jelas pria berusia 50 tahun ini.
Ahmat menjelaskan dalam 10 bulan ia dirinya sudah menerima perbaikan sofa sedikitnya 60 set. Sementara pesanan sofa baru 5 set.
“Sementara ini saya belum bikin karena stok sudah habis,” katanya.
Wiyanto mengatakan untuk menjalankan usahanya ini ia hanya mempekerjakan dua orang pegawai.
“Jasa perbaikan dan pesanan sofa belum banyak, dua pegawai cukup,” katanya.
Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki sofa tergantung jenisnya. Sofa sudut bisa diselesaikan minimal tiga hari, sofa tiga dua satu antara 3 sampai 5 hari.
Dari ruangan kecil ini ternyata banyak memberikan rejeki baginya untuk menafkahi istri dan anak-anaknya.
“Kalau soal pendaptan per bulan paling tinggi Rp 7 juta dan paling rendah Rp 5 juta. Untuk service per paket tergantung tipe kursi, kalau ligna Rp 2 juta, sofa tiga dua satu Rp 4 juta, dan sofa sudut Rp 3 juta. Yang paling mahal itu bahan yang bermotif bunga. Saya tidak jual kain imitasi atau kain biasa. Disini kain bermerek semua,” jelas Ahmad.
Sofa buatan Ahmad dijual dengan harga bervariasi disesuaikan dengan kualitas bahan dan modelnya.
“Sofa bikinan saya harganya macam-macam. Ada yang Rp 15 juta, Rp 5 juta, dan Rp 3 juta. Pesanan paling banyak itu yang bermotif. Sofa polos jarang yang pesan,” ujarnya.
Ahmad mengatakan biaya perbaikan sofa dan harga sofa buatannya termasuk murah jika dibanding tempat lain.
Hal itu dibenarkan seorang pembeli sofa buatan Ahmad, Novan.
“Sofa dengan kualitas sama, kalau di tempat lain harganya lebih mahal. Apalagi di saw mill besar, lebih mahal lagi. Saya juga baru tahu dan baru tanya-tanya juga soalnya. Saya tanya ke tempat-tempat lain jadi,” kata Novan. (*)