Papua No.1 News Portal | Jubi
MAKLON Sineri merasa bersyukur. Penyuluh perikanan tersebut mendapat pengetahuan baru dari nelayan di tempatnya bertugas. Pengetahuan itu bersumber dari kearifan lokal yang diwarisi secara turun-temurun di Kepulauan Yapen.
Nelayan setempat memiliki kebiasaan menenggelamkan tumpukan daun fainbom ke laut di sekitar perkampungan mereka. Semak-belukar itu berfungsi sebagai rumpon alias rumah bagi biota perairan.
Fainbom diyakini, dan terbukti dapat mengundang cumi berkumpul serta berkembang biak di rumpon. Cumi atau suntung, dalam bahasa lokal setempat menjadi salah satu tangkapan utama nelayan di Kepulauan Yapen.
Aktivitas penenggelaman rumpon berbahan utama fainbom tersebut kembali digelar warga pada pekan lalu. Lokasinya di sekitar wilayah perairan empat kampung di Distrik Anotourei. Kampung tersebut ialah Barawaikap, Banawa, Mariadey, dan Ketuapi.
“Penggunaan daun fainbom merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat (dalam menangkap ikan dan cumi). Rumpon dari fainbom terbukti dapat menarik perhatian suntung walaupun belum pernah diteliti (khasiatnya) secara ilmiah,” kata Sineri, yang dikutip Jubi dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen, kepyapenkab.go.id, Jumat (15/11/2019).
Warga menggunakan dana desa dan swadaya penyuluh perikanan untuk membuat rumpon. Rangkaian penenggelaman rumpon saat itu disaksikan Kepala Dinas Perikanan Kepulauan Yapen Daniel Reba.
“Rumpon ini harus dijaga karena menjadi tempat tinggal ikan. Kami berharap hasil tangkap nelayan dan kesejahteraan masyarakat meningkat karena mereka menjadi mudah dalam menangkap ikan,” kata Reba.
Fainbom hanya salah satu jenis tumbuhan yang dimanfaatkan warga setempat dalam pembuatan rumpon. Selain fainbom, mereka merangkaikannya dengan berbagai jenis daun tanaman, seperti kelapa, bambu, dan tumbuhan lokal lain.
“Daun yang digunakan ialah jenis yang tidak mudah rusak (dan membusuk) ketika berada di dalam air (laut). Ada banyak jenis tumbuhan yang biasa dimanfaatkan warga dalam mencari ikan. Kebiasaan itu menarik untuk dipelajari,” kata Sineri, yang juga Koordinator Penyuluh Perikanan Kepulauan Yapen.
Penggunaan rumpon berbahan alami saat ini gencar dilakukan di Kepulauan Yapen. Sepanjang tahun ini, ada 11 rumpon yang ditenggelamkan di berbagai perairan di kabupaten tersebut. Rumpon dikerjakan dan didanai secara patungan oleh para penyuluh perikanan. Mereka melarung rumpon dengan rakit bambu hingga ke tengah laut untuk ditenggelamkan di dasar perairan. (*)
Editor: Angela Flassy