Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Kota Pariaman, Sumatera Barat menggelar Silek on the Sea: Basilek Ditampek Lapang atau festival silat di tepi laut, sebagai upaya memajukan sektor pariwisata serta ekonomi kreatif di daerah setempat. Silek atau silat di Kota Pariaman merupakan warisan budaya tak benda yang dilestarikan.
“Dan dikembangkan dimanfaatkan sehingga menjadi daya tarik wisata budaya,” kata Walikota Pariaman Genius Umar, Minggu, (31/10/2021) kemarin.
Baca juga : Warga antusias menonton pencak silat PON XX Papua
Pesilat Nabire juarai kompetisi internasional Papua
Tiga pemenang lomba festival film Papua diumumkan
Umar mengatakan pencak silat ada di setiap desa dan kelurahan di kawasan tersebut, ahl itu dibuktikan adanya tempat belajar silat atau dikenal dengan sebutan “Sasaran Silek” yang dipimpin oleh seorang guru yang dinamakan “Tuo Silek”.
“Kota Pariaman sebagai salah satu daerah pesisir juga banyak tumbuh kelompok, sasaran atau komunitas silek, dan biasanya memanfaatkan tepian pantai sebagai wahana latihan bersama,” kata Umar menambahkan.
Dari aktivitas masyarakat tersebut lahirlah gagasan untuk mengadakan kegiatan ini, yang diberi nama Festival “Silek on the Sea”.
Sedangkan kegiatan itu dilaksanakan secara daring maupun luring pada 30 hingga 31 Oktober 2021 di Pentas Seni Pantai Kota Pariaman.
“Diikuti oleh 200 orang peserta dari seluruh penjuru Sumatera Barat dan akan memperebutkan hadiah berupa trofi, piagam, dan medali emas dengan nilai total Rp75 juta,” kata Umar menjelaskan.
Direktur Event Daerah Kemenparekraf Reza Fahlevi, mengatakan Silek on the Sea: Basilek Ditampek Lapang merupakan bentuk aktualisasi nilai budaya masyarakat di sekitar pesisir pantai Kota Pariaman.
“Penyelenggaraan acara itu merupakan bentuk adaptasi, inovasi, dan kolaborasi antara para pemangku kepentingan terkait dengan pelaku pariwisata,” kata Reza.
Menurut Reza, masa pandemi berdampak pada tren pariwisata mengalami perubahan. Salah satunya dengan mengusung konsep pariwisata localized menjadikan wisatawan akan lebih memilih destinasi yang jaraknya tidak terlalu jauh. “Lalu personalized yang menjadikan wisatawan akan lebih memilih jenis pariwisata pribadi atau hanya dalam lingkup keluarga,” kata Reza menambahkan.
Sedangkan para pelancong akan berwisata dengan pilihan minat khusus seperti wisata berbasis alam, serta pariwisata dengan jumlah pengunjung di setiap destinasi wisata yang tidak terlalu masif.
“Sustainability (keberlanjutan) serta quality tourism (kualitas destinasi wisata) menjadi perhatian dan fokus dalam pengembangan pariwisata,” katanya. (*)
Editor : Edi Faisol