Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – “Namanya Meekabo. Perempuan coffee nerd asli Dogiyai itu sedang mengukir mimpi: ‘A Dream From Dogiyai.’ Dia ingin mengenalkan kopi Dogiyai ke mata dunia. Targetnya: menjual 2000 bungkus kopi dari Dogiyai, mengalokasikan 100% hasil penjualannya ke petani Dogiyai, dan membawa kopi Dogiyai ke coffee expo di New Orleans, USA tahun 2021.”
Cerita Meekabo ini bisa kita ikuti di akun Instagram @belift.dogiyai. Melalui kepiawaiannya membangun narasi, @belift.dogiyai mengantar 900 lebih pengikutnya untuk “mengalami” perjalanan biji kopi dari perkebunan di Kabupaten Dogiyai, Papua, menjadi seduhan yang memukau indera rasa. @belift.dogiyai memang piawai menceritakan tokohnya, Meekabo.
“Meeka, panggilannya, berusia 25 tahun. Lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan pertanian ini melanjutkan studinya melalui exchange program ke University of Wisconsin-Madison di Amerika Serikat. Lalu empat tahun lamanya ia melanglang buana dari Jakarta ke Flores, Temanggung, Bondowoso, Subang sampai Costa Rica dan Vietnam sebagai coffee blogger. Terakhir dia mendapat sertifikasi sebagai Q-grader (pencicip kopi professional yang diakreditasi) di San Fransisco, Amerika Serikat.
Agustus 2020 lalu, Meeka memutuskan kembali ke tanah kelahirannya, Dogiyai.”
Melalui kisah tentang Meekabo itu, para pengikut @belift.dogiyai berkenalan dengan petani-petani kopi arabika di Dogiyai, mendengar sebagian kecil keluh-kesah dan harapan mereka. Tak hanya itu, para pengikut @belift.dogiyai juga akan berkenalan dengan gambaran kecil keseharian masyarakat Dogiyai, serta kekhasan budaya Meepago, salah satu wilayah adat di Papua.
Curahan hati Meekabo seperti mengajak warganet pengikut @belift.dogiyai untuk turut gelisah: apakah Meeka sanggup mewujudkan mimpi di tengah banyaknya keterbatasan dan besarnya keraguan? Apakah kopi Dogiyai dapat bersaing dan diterima khalayak yang hiruk pikuk di tengah ramainya pasar kopi arabika nusantara?
Sebuah fiksi yang realis
“Meekabo sendiri sebenarnya representasi dari komunitas petani kopi di Dogiyai, tim @belift.dogiyai, dan ‘Kawan Dogiyai’. Karakter Meekabo dapat mewakili keresahan petani Dogiyai yang selama ini belum terungkap, sekaligus menguatkan mereka melalui Kawan Dogiyai,” ungkap Arcellia Budiman, salah seorang tim kreatif Belift.Dogiyai, saat dihubungin Jubi, Kamis (17/9/2020), melalui layanan pesan Whatsapp.
Melalui kisah Meekabo, @belift.dogiyai ingin menjadi jembatan yang menyalurkan energi positif dan semangat tanpa batas dalam meraih angan bagi “Kawan Dogiyai” yang berada jauh dari Papua. Kawan Dogiyai” adalah sebutan bagi para warganet pengikut @belift.dogiyai yang diajak untuk berdialog dengan keresahan Meeka, lalu merefleksikan mimpi Meeka dalam mimpi mereka sendiri.
Baca juga: Membangkitkan kembali kopi Moanemani di Meepago, Papua
Karakter Meeka diilustrasikan dengan cermat: berambut keriting dan berkulit hitam. Menurut Arcellia, nama Meekabo sendiri diambil dari bahasa Mee yang berarti “dasar kehidupan Mee”. “Kami mendapat inspirasi nama itu dari ide petani Dogiyai sendiri,” katanya.
Membaca dialog-dialog Meeka kita dapat menangkap sekilas situasi sosial ekonomi di Dogiyai. Misalnya, saat Meeka bicara dengan orang tuanya terkait niat menjual kopi yang direspon dengan keraguan Bapa Mamanya, serta cibiran tetangganya yang tak lagi mau bertani dan memilih bermain togel saja.
Bukan sekadar “jualan” kopi
Belift Dogiyai adalah sebuah proyek gerakan sosial untuk menjual biji kopi sangrai (roasted coffee) dari Dogiyai melalui direct-trade model (model penjualan langsung) dan platform e-commerce (dagang elektronik). Instagram menjadi pilihan media narasi mereka, melalui akun @belift.dogiyai.
Mengutip siaran pers Belift Dogiyai yang diterima Jubi Kamis (17/9/2020), tujuan dari proyek itu adalah membantu petani menjual hasil panen tahun 2020 sebanyak 500 kg green beans petani kopi Dogiyai, setara dengan separuh hasil panenan kopi Dogiyai yang gagal terjual karena pandemi Covid-19. Belift Dogiyai sendiri telah mengolah green beans itu menjadi roasted coffee beans yang akan dipasarkan dalam bentuk 2.000 boks kopi ukuran 200 gram roasted coffee beans. Mereka berharap 2.000 boks kopi itu bisa terjual habis pada akhir Oktober mendatang.
Belift Dogiyai juga akan mendonasikan 100% laba proyek itu (sekitar Rp75 juta) kepada komunitas petani di Dogiyai, agar mereka dapat memperbaiki maupun menambah kapasitas gudang dan meja pengering pada November nanti. Semua peralatan itu nantinya akan menjadi milik para petani.
Adalah Ivan Hartanto, pemuda asal Solo yang berperan besar menginisiasi konsep dan gerakan Belift Dogiyai melalui tagar #KawanDogiyai di Instagram. Ivan adalah salah seorang pendiri Belift, usaha sosial asal Indonesia yang berfokus di specialty coffee di San Fransisco. Usaha sosial tersebut menyediakan lapangan perkejaan bagi anak-anak muda jalanan (tuna wisma) di salah satu negara bagian Paman Sam itu.
Baca juga: Kopi dalam komoditas ekonomi orang asli Papua
Saat dihubungi Jubi, Jumat (18/9/2020) melalui Whatsapp, Ivan Hartanto mengatakan dirinya memilih kopi Dogiyai diantara berbagai kopi arabika di Papua dan nusantara, karena Dogiyai adalah daerah yang istimewa. Ivan juga mengagumi kehebatan para petani kopi di Dogiyai, Papua.
“Buat saya Dogiyai ini daerah yang sangat istimewa, penuh dengan perjuangan.. selain kopinya berkualitas tinggi, saya terinspirasi oleh kerja keras Pak Hanok membangkitkan semangat juang para petani lain di Dogiyai. Saya ingin teman-teman di Indonesia lain tahu seberapa hebat kawan-kawan petani di Dogiyai,” ujar Ivan.
Dirinya mengaku tergerak menjalankan misi itu karena melihat terputusnya akses pasar kopi bagi para petani Dogiyai saat pandemi Covid-19 terjadi di Papua. “Kejelasan misi Pak Hanok untuk pengembangan infrastruktur paska panen (meja pengering & gudang penyimpanan, dan lain-lain), membuat kami senang karena bertemu mitra yang punya visi sama, yakni pembenahan proses paska panen untuk meningkatkan kualitas kopi,” ujarnya.
Saat ditemui Jubi Jumat (18/9/2020) di Kafe Enauto Coffee miliknya, di Nabire, Papua, Hanok Herison Pigai mengatakan dirinya berbesar hati karena bertemu “teman satu visi”. Hanok yang setidaknya sudah satu dekade berkecimpung di sektor kopi arabika Meepago merasa memiliki kawan untuk memajukan kualitas kopi arabika di Dogiyai.
“Tuhan telah mempertemukan kami dengan cara yang unik. Saya senang dan memiliki harapan besar pada gerakan in,” ujarnya.
Menurut Hanok, dari sekitar 1.200 petani kopi di Dogiyai, 300 orang diantaranya telah menjual 500 kg green been dengan proses semi wash kepada Unit Pemrosesan Enauto miliknya. Sejumlah 500 kg kopi itulah yang saat ini sedang diolah dan dipasarkan @belift.dogiyai ke luar Papua.
Jari-jari dibalik gerakan Belift Dogiyai
Arcellia Budiman, Venezia Hartanto, Ivan Hartanto dan tiga relawan lainnya adalah tim kreatif yang bekerja secara sukarela untuk para petani kopi di Dogiyai. “100 persen keuntungan untuk petani Dogiyai, kami tidak dibayar, sukarela,” kata Arcellia.
Konten-konten kreatif dan edukatif yang diangkat @belift.dogiyai ingin mengajak masyarakat terlibat dan bersatu dalam visi mereka. “Visi kami bukan hanya menonjolkan kualitas kopi Dogiyai. Lebih dari itu, [kami] mencari arti dari memanusiakan manusia. Kami, team Belift, percaya bahwa setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk bertumbuh dan berkembang,” tegasnya.
Walaupun kerasnya dunia nyata menegaskan bahwa tidak semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk bertumbuh dan berkembang, tim @belift.dogiyai berusaha mewakili suara para petani di Papua yang bekerja dengan segala tantangan situasi di Papua.
Baca juga: Kopi ‘Aluama Hubulama’ menuju mancanegara
“Sejauh ini, respons dari audiens positif sekali. Banyak yang mendukung kami, termasuk teman dan keluarga, untuk terus maju dan melangkah ke depan walau jalannya masih tidak sempurna dan panjang. Menariknya lagi, ada pengikut kami yang bahkan mengajak untuk bertemu dengan karakter Meeka secara langsung. Melihat tanggapan yang bagus dari teman-teman membuat kami semakin semangat untuk bergerak,” ujarnya.
Dia menyebutkan konten-konten yang mendapatkan sambutan hangat dan paling disukai sebagian besar berkaitan dengan kebudayaan di Dogiyai, seperti hal-hal terkait suku Mee, noken, dan lain-lain. “Orang juga jadi tertarik untuk mengenal Meeka secara personal. Misalnya, melalui postingan Meeka yang sedang merenung saat hujan yang dikemas dalam bentuk voice over salah seorang Kawan Dogiyai,” kata dia.
Kopi Dogiyai ke Amerika Serikat
Upaya @belift.dogiyai meraih sambutan positif dari para penggemar kopi di Papua, nusantara dan Amerika Serikat. Cerita-cerita yang mengalir dari @belift.dogiyai sudah membuat 100 orang spontan membeli kopi para petani Dogiyai, tanpa terlebih dahulu melihat produk kopi yang ditawarkan.
Ada 900 lebih orang lain yang sudah follow instagram kami, dan mengenal budaya Dogiyai. Saya sangat senang budaya-budaya indah dari Dogiyai akhirnya bisa dikenal teman-teman se-Indonesia,” kata Ivan Hartanto.
Dari sebuah respon darurat atas pandemi Covid-19, proyek Belift Dogiyai berkembang menjadi kerja panjang untuk memastikan kopi Dogiyai menembus pasar Amerika Serikat. Pembangunan meja penjemuran dan gudang untuk beberapa petani adalah bagian dari rencana pembenahan kualitas kopi agar bisa bersaing di pasar kopi specialty di New Orleans, Amerika Serikat, pada 2021 nanti.
“Tapi sebelum itupun respon [terhadap kopi Dogiyai] di Amerika Serikat cenderung baik. Kita sudah bertemu satu importir yang tertarik bawa kopi Dogiyai ke Amerika. [Rencana] itu masih work in progress, namun saya lebih yakin itu akan bisa terlaksana di tahun 2021,” ujarnya.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G