Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pemerintah Provinsi Papua meminta 29 bupati dan wali kota mendirikan pusat pengembangan kebudayaan di lima wilayah adat di Papua. Para bupati dan wali kota juga diminta mendirikan musuem yang dapat menceritakan sejarah seluruh suku di wilayahnya masing-masing.
Staf Ahli Gubernur Papua, Simeon Itlay mengatakan keberadaan pusat pengembangan kebudayaan di setiap wilayah di Papua sangat penting untuk mempertahankan kebudayaan Papua dalam kehidupan sehari-hari.”Hal ini bisa diperkuat dengan adanya peraturan daerah tentang pengembangan dan pelestarian budaya asli Papua,” kata Simeon Itlay di Jayapura, Kamis (8/8/2019).
Ia menilai globalisasi dan perubahan pol adistribusi informasi meningkatkan potensi pergeseran nilai-nilai dasar orang asli Papua, membuat mereka semakin jauh dari kebudayaan asli Papua. Untuk itu, perlu ada aturan yang memproteksi pelestarian kebudayaan asli Papua.
“Saya harap para bupati dan wali kota bisa menjembatani ini. Sebab ada kekuatiran di era modernisasi digital saat ini, sekitar 20 tahun ke depan maka nilai dasar orang Papua akan punah dan mati,” ujarnya.
Menurut ia, saat ini generasi muda Papua lebih tertarik dengan budaya barat dan Korea. Contohnya mulai dari gaya berpakaian hingga musik. Sementara budaya dan musik-musik tradisional mulai dilupakan.Pemerintah kabupaten dan kota harus segera mendorong kebijakan khusus untuk mengajak masyarakat mempertahankan identitas dan kebudayaan asli Papua.
“Konsep pembangunan yang dicanangkan pemerintah di daerah harus berakar kepada kebudayaan Papua. Sehingga budaya Papua tidak bakal tersingkir dari negerinya sendiri,” katanya Intlay dengan tegas.
Secara terpisah, Kepala Dinas pendidikan Provinsi Papua Elias Wonda, mengatakan kebudayaan Papua perlu dilestarikan agar tidak mengalami kepunahan, sebagaimana bahasa asli berbagai suku di Papua yang semakin terancam punah. “Pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota perlu bekerjasama dengan dinas pariwisata, taman budaya dan museum [yang ada di Papua] untuk melestarikan budaya yang ada di Papua,” kata Wonda.
Ia menilai, bahasa ibu berbagai suku di Papua bisa punah apabila tidak segera dilestarikan. Pasalnya saat ini sudah ada beberapa bahasa ibu yang punah. “Saat ini ada seratusan bahasa ibu, namun yang menggunakan hanya sebagian orang saja. Untuk itu, agar tidak hilang harus dari sekarang kita lestarikan,” ujarnya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G