Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Agaknya para pemain jebolan PON Papua 2004 diyakini sebagai cikal bakal generasi emas sepak bola Papua khususnya tim berjuluk Mutiara Hitam. Pasalnya Boaz dan kawan-kawan waktu itu di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 berhasil menyabet medali emas, bahkan hampir sebagian besar pemainnya punya talenta dan kelebihaan masing-masing.
Saat Persipura juara Liga Indonesia musim 2005-2006 tercatat nama Boaz T Solossa, Korinus Fingkreuw, Christian Warabay, dan Ian Luiz Kabes serta Victor Igbonefo, rata-rata usia mereka baru memasuki 20 tahunan. Boaz kelahiran 1986 baru berusia 20 tahun sama dengan Ian Kabes, Korinus, dan Worabay serta Igbonefo yang baru saja datang dari Nigeria berumur 21 tahun kelahiran 1985.
Rahmad Darmawan (RD) datang ke Persipura dengan membawa para pemain Jendry Pitoy penjaga gawang, Marwan Iskandar, Mauly Lessy. Kepindahaan ke Sriwijaya coach RD tidak semua pemain ikut, Jendri Pitoy tetap bersama Persipura sedangkan Marwal Iskandar dan Mauly Lessy bertahan hingga akhirnya gantung sepatu.
Sejak juara 2005-2006, Persipura puasa gelar tetapi materi pemain masih belum berubah, hanya Korinus Fingkreuw dan Christian Worabay yang ikut coach Rahmad Darmawan ke Sriwijaya FC. Saat itu pula Persipura mulai gonta-ganti pelatih mulai dari Antonio Netto, Raja Isa, dan Ivan Kolev. Pelatih Jacksen F. Tiago menukangi Persipura setelah M Raja Isa kena bogem mentah di tengah lapangan.
“Saya datang ke Persipura karena ada masalah dan tidak mungkin saya mengubah skuad karena kompetisi sudah berjalan,” kata Jacksen F, Tiago kala itu.
Beruntung Jacksen F. Tiago karena semua pemain mendapat tempaan fisik dari pelatih asal Bulgaria, Ivan Kolev, yang akhirnya harus melatih timnas Indonesia.
Pelatih Ivan Kolev pula yang mendatangkan Bio Pauline bergabung ke Persipura, sehingga bisa bermain besama Jack Komboy dan Victor Igbonefo. Semula Bio Pauline belum padu benar bersama tiga defender Persipura lainnya, bahkan Bio Pauline cenderung bermain keras menjurus kasar. Barulah permainannya mulai berubah saat Jacksen F. Tiago menangani Persipura.
JF Tiago mulai meramu para pemain eks PON Papua 2004, Ricardo Salampessy pun bergabung usai membawa Persiwa Wamena masuk divisi utama. Berikutnya Imanuel Padwa dan Gerald Pangkali ikut memperkuat tim Mutiara HItam.
Dari sini jelas kerangka tim utama Mutiara Hitam berada di pundak para jebolan PON 2004. Ricardo Salampesy, Gerald Pangkali, Boaz T Solossa, Ian Luis Kabes, plus Victor Igbonefo jebolan sekolah sepak bola Nigeria yang mengawali kariernya di Persipura.
Hadirnya generasi emas Persipura membuat Jack Komboy dan Eduard Ivakdalam harus rela meninggalkan skuad Mutiara HItam. Jack Komboy jadi anggota dewan sedangkan Eduard Ivakdalam pindah ke Persidafon dan beberapa klub lainnya hingga akhirnya menjadi pelatih sepak bola PON 2020.
Posisi gelandang Persipura langsung dikendalikan oleh Zah Rahan bersama Gerald Pangkali, Ian Lusi Kabes, Imanuel Wanggai, Lim Jun Sik, Iamnuel Padwa. Pelatih Jacksen F Tiago selalu melakukan varisasi serangan di lini tengah. Sedangkan di depan ada Beto, Boaz, dan Ernest Yeremiah. Ini mungkin tiga striker mematikan milik Persipura yang sangat menakutkan.
Tanpa mengubah kerangka utama tim dengan materi pemain PON 2004, Persipura tetap merajai beberapa musim hingga meraih tiga gelar bersama JF Tiago. Pelatih asal Brasil ini pun memakai para pemain jebolan PON 2008, Titus Bonay, Ruben Sanadi, Patrcik Wanggai, dan Lukas Mandowen. Selanjutnya PON 2012 ada Ronny Beroperay dan Nelson Alom. Ferinando Pahabol bukan alumni PON 2012 tetapi rekan angkatan Nelson Alom, dan Ricky Kayame.
Usai menjuarai TSC 2016 yang bukan kompetisi resmi PSSI, kerangka utama tim Mutiara Hitam mulai hancur. Hampir sebagian besar pemain Mutiara Hitam hengkang. Ruben Sanadi, Nelson Alom, Ferinando Pahabol, dan Osvaldo Hay ke Persebaya Surabaya. Barulah pelatih asal Inggris Peter Burtley mulai meramu pemain dengan mengandalkan pemain Persipura U-21, mulai dari Todd Fere, David Rumaikewi, Gunansar Mandowen, Wanma, dan Patrick Womsiwor. Target pelatih Inggris minimal dengan materi pemain muda Persipura masuk lima besar. Faktanya, sampai akhir musim dengan gonti-ganti pelatih, Persipura hanya masuk 12 besar dari 18 klub Liga 1 Indonesia.
Selanjutnya, para pemain eks PON 2014 ada nama-nama M Tahir, Marinus Manewar, dan Osvaldo Hay. Mungkin ke depan para pemain Persipura U-21 atau generasi Todd Ferre dan kawan-kawan menjadi kerangka utama tim ke depan plus Marinus Manewar, M Tahir, dan kawan kawan.
Ricardo Salampesy mengakui kalau ada gap yang besar antara para pemain muda dan senior.
“Para pemain muda butuh jam terbang dan pengalaman, sebab jika dipaksakan bisa merusak permainan mereka ke depan. Memang 30 menit bermain bagus tetapi selanjutnya hilang konsentrasi,” kata Salampesy kepada Jubi, Sabtu (6/7/2019), di sela-sela acara pernikahan di Auditorirum Uncen bersama Imanuel Wanggai saat bicara soal Persipura ke depan.
Dia mengakui kalau Persipura butuh waktu ke depan untuk mengembalikan kemampuan maksimal seperti musim lalu.
“Butuh proses panjang dan para pecinta Persipura harus memahami kalau pemain muda butuh proses dan tidak bisa langsung diturunkan,” katanya, seraya menambahkan pemain belakang Papua yang pantas meneruskan pertahanan mestinya Fandri Imbiri dan Yanto Basnah.
Dia mengakui kalau dua pemain ini ada bermain di klub luar Papua, tapi proses Persipura ke depan butuh dukungan semua pihak. (*)
Editor: Dewi Wulandari