Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Salah seorang mahasiswa Progrma Studi Manajemen Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih, Maikel Kurniawan mengaku kebingungan. Begitu banyak pertanyaan terlintas saat ia melihat berbagai foto dalam pameran foto Kisah Senyap.
Pameran foto Kisah Senyap itu berlangsung di Gedung Transistor, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih (FISIP Uncen), Kota Jayapura, pada 22-31 Maret 2022. Pameran yang diselenggarakan PannaFoto Institute itu menghadirkan karya tiga fotografer yang mengikuti program Photo Demos—Albertus Vembrianto, Malahayati, dan Arif Hidayah yang menuturkan berbagai kisah itu memikat Maikel Kurniawan.
“Pertama kali masuk ke ruangan dan melihat galeri foto ini, jujur saya merasa bingung dan bertanya dalam hati. Sebab banyak foto yang menarik. Saat itu muncul banyak pertanyaan bahwa foto ini mau berceritera tentang apa. Aneka foto berceritera isu gender, lingkungan, pendidikan kesehatan, juga kondisi sosial dan budaya masyarakat di seluruh Indoenesia,” katanya saat bertemu Jubi pada Kamis (24/3/2022).
Baca juga: Triton: Dulu memanggil warga sekarang alat musik
Maikel mengatakan berbagai foto karya Albertus Vembrianto, Malahayati, dan Arif Hidayah memberinya inspirasi. Ia sudah membayangkan berbagai imajnasi itu akan ia jelajahi dalam berbagai tugas mata kuliahnya di kampus.
“Saya datang mengkuti kegiatan ini karena tertarik dengan pameran itu. Saya juga datang untuk memenuhi tugas mata kuliah, membuat resume tentang apa yang diamati dan didapatkan dalam sesi diskusi yang berlangsung selama pameran foto itu,” katanya.
Menurut Maikel, foto karya Albertus Vembrianto, Malahayati, dan Arif Hidayah mengajak pengunjung pameran untuk memahami beragam pesan. Namun ada satu foto yang menurutnya sangat menyetuhnya, yakni foto dengan bertema lingkungan yang menceritakan tentang kisah Boy di kawasan pembuangan tailing tambang yang diabadikan Vembrianto.
Baca juga: Wor dan Ararem dalam perkawinan suku Byak
“Dari keterangan foto yang saya baca, Boy mencari ikan di kawasan pembuangan tailing, meskipun ia tahu ikan di kawasan itu lebih kurus dibandingkan [ikan] di luar tanggul [tailing]. Ia berceritera menyusutnya hutan karena aliran pembuangan tailing, dan pertambahan jumlah anggota komunitas membuat lahan mencari [ikan] makin menimbulkan persaingan,” katanya.
Maikel mengatakan pameran foto Kisah Senyap memberikan berbagai wawasan baru tentang beragam aspek kehidupan masyarakat Papua. Ia mengapresiasi penyelenggaraan pameran itu.
“Saya berterimakasih kepada pihak kampus, sebab kegiatan itu sangat bermanfaat bagi kami. Kami bisa meliha kehidupan dari sisi yang berbeda. Ke depan, kegiatan serupa harus dilaksanakan [lagi], agar bisa dinikmati oleh orang banyak,” katanya.
Baca juga: Pekei beri penghargaan noken UNESCO kepada sejumlah pihak di Tanah Papua
Albertus Vembrianto mengatakan pameran foto itu digelar PannaFoto Institute yang bekerja sama dengan FISIP Uncen. Ia berharap pameran foto itu memberi manfaat kepada kedua lembaga tersebut, juga para mahasiswa yang mengunjungi pameran itu.
“Hasil karya kami bisa dipublikasikan di kampus, mahasiswa dapat terlibat dan merefleksikan [karya kami] sesuai dengan [pengalaman] mereka. Siapa tahu mereka juga bisa terjun ke dunia fotografi, memotret kehidupan di Tanah Papua yang kompleks,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G