Belum ada PT di Tanah Papua berakreditasi A

Acara wisuda Stiper Santo Thomas Aquinas, Sentani – Jubi/Yance Wenda
Acara wisuda Stiper Santo Thomas Aquinas, Sentani – Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Dr. Suriel S. Mofu dari Lembaga Pelayanan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Wilayah XIV Papua dan Papua Barat memotivasi Perguruan Tinggi di Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) untuk berusaha memenuhi standar pengelolaan dan meningkatkan akreditasi.

Read More

“Agar lulusan nanti tidak mendapat masalah,” ujarnya.

Agar kualitas kampus terjamin, maka pendampingan terus dilakukan bagi kampus yang mengalami masalah dan kendala dalam akreditasi. Ia menargetkan semua PT di Papua terakreditasi agar semua lulusan terjamin.

Apalagi, katanya, di Papua dan Papua Barat belum ada kampus yang berakreditasi A. Paling tinggi Akreditas B dan umumnya masih Akreditasi C.

“Perguruan Tinggi Swasta itu mudah mendapatkan akreditasi A atau B karena program studinya sedikit, namun seperti kampus Unipa (Universitas Negeri Papua) program studinya banyak, jadi agak susah,” kata Mofu.

Mofu menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Santo Thomas Aquinas, Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat, 8 Februari 2019.

Ia juga berharap ke depan Perguruan Tinggi yang dibuka di Papua sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Tujuannya agar tidak terjadi penumpukan mahasiswa yang lulus untuk jurusan yang sama.

“Kita lihat betul pengembangan ke depan dengan baik dan Perguruan Tinggi harus dibuka sesuai kebutuhan agar tidak terjadi pengangguran, terutama sains dan teknologi  yang dibutuhkan di daerah ini,” katanya.

Mofu menjelaskan Kopertis yang biasanya mengelola Perguruan Tinggi telah dihapus dan diganti dengan Lembaga Pelayanan Pendidikan Tinggi. Lembaga tersebut bertugas membina dan mengawasi Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri.

Wisuda Stiper saat ini, katanya, termasuk yang telah melewati aturan yang berlaku. Seorang mahasiswa tidak akan diwisuda jika belum lolos verifikasi dari Semester I hingga VIII.

“Berapa SKS yang mereka selesaikan dan apakah mereka menyelesaikan sesuai kurikulum yang diambil dan dosen harus memenuhi pangkat fungsional akademik,” katanya, saat pidato sambutan wisuda.

Mofu mengatakan dari 256 mahasiswa Stiper yang diwisuda, mayoritas adalah mahasiswa Orang Asli Papua (OAP).

“Saya hari ini masuk ke auditorium ini sangat gelap, untung ada lampu, gelap karena di dalam ruangan ini banyak orang Papua, saya bangga karena hari ini yang diwisuda mayoritas orang Papua,” katanya.

Kepada para wisudawan, Mofu bertanya, “Kalian telah memperoleh gelar sarjana, apa yang ada di benak kalian saat ini?”

Ia berharap agar para wisudawan benar-benar menggunakan apa yang telah mereka terima selama di bangku kuliah.

Terpisah, Ketua Yayasan Pegunungan Bintang, Jeffry de Fretes, mengatakan pada 2019 ini merupakan wisuda terbanyak di Stiper.

“Anak-anak Papua ini sebagain besar diwisuda tahun ini,” katanya.

Ia mengaitkan lulusan baru ini dengan kegiatan PON 2020 yang akan digelar di Papua. Atlet PON akan membutuhkan nutrisi, protein, dan lainnya.

“Orang-orang yang nanti datang perlu makan, perlu daging, ikan, sayur, beras, buah, dan banyak sekali, jadi ini peluang bagi mereka (lulusan), kalau bisa peluang ini ditangkap dan dimanfaatkan dengan baik,” kata Jeffry.

Mungkin, tambahnya, para lulusan tidak memiliki modal yang besar. Namun pikiran cerdas mereka bisa membantu untuk mengelola usaha yang dibutuhkan nanti.

“Kecerdasan mereka itu bisa membantu ketersediaan pangan untuk PON, ini kegiatan besar apalagi di Kabupaten Jayapura, ini peluang besar bagi anak-anak yang baru lulus ini,” ujarnya.

Peluang baik tersbeut, katanya,harus dimanfaatkan dengan baik oleh sarjana pertanian tersebut sesuai dengan jurusan masing-masing.

“Jika peluang ini dibiarkan maka nanti peluang baik ini diambil oleh orang lain, mulai sekarang ini mereka sudah arus siap-siap apa yang saya mau buat untuk PON ini dan apa yang harus dikelola, anak-anak ini harus yang menjawab pertanyaan itu,” katanya.

Ance Wanimbo, wisudawan Fakultas Budidaya Perairan Jurusan Perikanan, mengatakan semua keberhasilannya karena Tuhan yang menyertai setiap langkahnya selama kuliah

“Syukur hanya bagi-Nya, bagi yang masih kuliah harus memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik agar tidak membuang-buang uang kuliah,” ujarnya.

Ia menjelaskan latar belakang orangtua mahasiswa di kampung berbeda-beda. Ada yang petani, PNS, dan ‘gembala’.

“Jadi kalau bisa jangan terlalu memaksakan diri dengan keadaan yang ada, tetapi cukupkan dengan apa yang ada,” katanya.

Ia juga berpesan agar seorang mahasiswa selama di bangku kuliah untuk tidak meninggalkan pelayanan di gereja. Sebab jika seseorang sibuk dengan Tuhan, maka Tuhan pun akan sibuk untuknya.

“Jadi kepada anak-anak muda jangan tinggalkan pelayan, baik sekolah Minggu, pemuda, dan pelayanan lainnya di dalam gereja,” katanya. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply