Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Banjir yang melanda Kota Jayapura, Papua pada 6 Januari 2022 karena curah hujan hingga 336 milimeter itu tidak hanya membawa air berlumpur.
Banjir juga membawa sampah berton-ton seperti yang terlihat di Pasar Induk Youtefa. Pantuan Jubi pada Rabu 12 Januari 2022 di beberapa titik pasar sampah masih dibiarkan begitu saja.
Tidak terlihat petugas kebersihan dari Kota Jayapura mengangkat sampah tersebut. Bau menyengat dari sampah memenuhi seluruh pasar.
Meski begitu aktivitas jual-beli di pasar tetap berlangsung seperti biasanya. Terdengar suara para pedagang sibuk menawarkan barang dagangannya dengan harga murah. “Mari-mari murah saja, tiga baju seratus ribu,” suara pedagang pakaian menawarkan dagangannya.
BACA JUGA: Akibat banjir pedagang beras di Pasar Youtefa rugi ratusan juta
Pedagang benang, Jasmani mengatakan tidak mempunyai tempat lain lagi untuk berjualan. Ia memilih bertahan di pasar yang lama karena pasar yang baru dinilai terlalu sempit.
Pasar baru yang disiapkan Pemerintah Kota Jayapura, Papua itu hanya memiliki luas 5 hektare. Dibandingkan dengan pasar Youtefa lama, luasnya dua kali sekitar 10 hektare. Untuk itu pasar yang baru dinilai tidak mampu menampung pedagang yang mencapai 2.000-an. “Terlalu sempit di sana,” ujarnya.
Pria 50 tahun tersebut harus menanggung kerugian hingga Rp150 juta. Ia pun harus mencuci barang dagangannya untuk dijual kembali dengan harga murah. “Harga normal per benang Rp20 ribu. Setelah dicuci dijual dengan harga Rp10 ribu saja,” katanya.
Para pedagang berharap Pemerintah Kota Jayapura menugaskan Dinas Kebersihan untuk secepatnya mengangkut sampah-sampah tersebut. Selain itu sistem drainase di pasar harus dibenahi. “Kalau bisa got di pasar dibersihkan,” katanya.
Pedagang lainnya, Regina juga mengatakan hal yang sama. Ia juga bertahan berjualan di Pasar Youtefa lama meski selalu berhadapan dengan banjir. “Ini yang kedua kali dagangan saya terendam. Kali ini yang paling parah,” ujarnya.
Akibat banjir Regina mengalami kerugian sekitar Rp50 juta. Ia berharap Pemerintah Kota Jayapura dapat memberikan bantuan modal buat pedagang yang terdampak. “Kalau bisa ada bantuan modal, bisa mengurangi beban kami sedikit,” katanya.
Pedagang lainnya, Tukini, pria 39 tahun juga harus merelakan semua dagangannya. Soalnya dagangannya berupa sayur-sayuran, seperti bawang hingga cabe, terendam banjir. “Terendam semua, tidak ada yang bisa diselamatkan,” ujarnya.
Tidak hanya barang dagang yang terendam. Lapak berjualannya pun ikut hancur akibat terjangan banjir yang terjadi seminggu lalu. Pria kelahiran 1982 tersebut mengalami kerugian sekitar Rp25 juta.
Tukiman harus mengeluarkan modal lagi sekitar Rp14 juta untuk kembali berdagang. Dengan dagangan baru ia tetap memilih bertahan berjualan di sekitar Pasar Youtefa lama.
Ia beralasan tidak ada pelanggan di Pasar Youtefa yang baru. Selain itu barang dagangannya bisa mengering semua karena tidak ada lapak jualan di pasar yang baru. “Sudah pernah coba seminggu berjualan di sana, tetapi saya kembali lagi ke sini,” katanya.
Peristiwa banjir dan longsor yang melanda Kota Jayapura mengakibatkan 1.927 Kepala Keluarga atau 7.005 jiwa terdampak. Sementara 8 orang dilaporkan meninggal dunia.
Warga yang terdampak meliputi empat distrik yang ada di Kota Jayapura, yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Heram. Pemerintah Kota Jayapura, Papua menetapkan status tanggap darurat bencana selama seminggu. (*)
Editor: Syofiardi