Papua No. 1 News Portal | Jubi
Manokwari, Jubi – Pemerintah Provinsi Papua Barat mendukung pembangunan sarana Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 20 megawatt (MW) yang sedang dibangun di Kampung Andai, Distrik Manokwari Selatan Kabupaten Manokwari.
Wakil Gubernur Papua Barat, Muhammad Lakotani mengatakan pembangunan PLTMG ini bertujuan untuk menunjang berbagai kegiatan perindustrian baik skala menengah dan skala rumah tangga di Papua Barat. Karena itu, Lakotani meminta investor tak ragu datang dan berinvestasi di Manokwari.
Di acara temu pelanggan (Costummer Gathering) PT.PLN Unit Pelayanan 3 Manokwari, di salah satu hotel di Manokwari, Selasa (23/4/2019) Lakotani mengatakan pembangunan PLTMG ini adalah salah satu cara Pemprov untuk menggaet para investor. Ia memastikan pasokan listrik akan memadahi jika PLTMG selesai dibagun.
“Rencana PLTMG ini akan diresmikan pada bulan Juli 2019 mendatang, karena pengecoran pertama sudah dilakukan oleh Gubernur Dominggus Mandacan pada 12 Februari 2019 lalu,” ujar Lakotani.
Listrik sudah menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat di Papua Barat karena pertumbuhan ekonomi juga sangat didukung dengan ketersediaan listrik. Dia berharap, PLTMG tersebut dapat diselesaikan sesuai rencana sehingga tidak ada lagi masalah listrik di wilayah Manokwari.
Berkaitan dengan suplay listrik yang memadai nanti, Muhammad Lakotani berharap penggunaan kompor listrik (kompor induksi) dapat digunakan dalam aktivitas industri rumah tangga oleh seluruh warga di Manokwari.
“Ibu-ibu tidak akan susah lagi antri minyak, atau berat-berat angkat tabung gas karena kompor induksi hanya butuh suplay listrik yang kuat. Dan ini yang sementara dikerjakan oleh Pemerintah bekerjasama dengan PT.PLN,” ujarnya.
Aplena Rumadas salah satu mama Papua yang ditemui Jubi mengakui belum terlalu paham tentang kompor elektronik tersebut. Mereka lebih memilih menggunakan kompor minyak atau kayu bakar. Menurut mama Aplena, meskipun daya (suplay) listrik sudah cukup di Manokwari, tapi tetap saja masyarakat harus membeli pulsa listrik.
“Beli pulsa listrik Rp50 ribu pasti tidak cukup karena daya serap dari kompor listrik itu kuat, makanya kami lebih baik pakai kompor minyak tanah dan kayu bakar. Pemerintah jangan lihat investasi saja tapi bagaimana kami juga nikmati listrik dengan beban biaya yang murah,” tuturnya. (*)
Editor : Edho Sinaga