Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sudah setahun proses belajar-mengajar di Indonesia, termasuk Papua dilakukan secara daring dengan kombinasi belajar luring (tatap muka) yang terbatas akibat pandemi Covid-19.
Memasuk tahun ajaran baru 2021/2022 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana menerapkan proses belajar-mengajar tatap muka di sekolah. Tapi belajar-mengajar tatap muka tersebut akan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait mengatakan pada awal Juli 2021 proses belajar-mengajar tatap muka akan dilaksanakan di sekolah.
“Rencana tatap muka bukan saja di Kota Jayapura, tapi Papua, secara keselurahan di Indonesia mulai Juli 2021 dengan catatan seluruh guru sudah divaksin,” ujarnya.
Sebagai upaya untuk terlaksananya belajar mengajar tatap muka, kata Sohilait pemerintah daerah sedang berusaha mendorong agar 20 ribu tenaga guru di Papua bisa di vaksin covid-19.
“Saya terima laporan di Kota Jayapura guru-guru yang sudah divaksin angkanya sekitar dua ribuan, kemudian di Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke sudah empat ribu,” katanya.
Sedangkan guru di Wamena dan Biak sudah mulai menerima vaksin Covid-19. Ia meminta guru diberikan prioritas untuk menerima vaksin.
BACA JUGA: Covid-19 berdampak pada penurunan mutu pendidikan di Papua
“Supaya ketika sekolah dibuka atau belajar tatap muka, guru-guru sudah divaksin,” ujarnya.
Sohilait mengatakan bahwa di masa pandemi Covid-19 cuma 36 persen siswa saja yang bisa mengikuti pembelajaran daring. Sisanya 64 persen siswa tidak bisa mengikuti belajar daring.
“Karena itu kita harus ada terbosan lain, yaitu kasih insentif guru-guru yang datang langsung ke sekolah, perbanyak cetak buku, perbanyak pengadaan radio supaya mereka bisa interaksi langsung di sana,” katanya.
Sohilait juga menyayangkan lambatnya pihak Telkom menyelesaikan jaringan yang terganggu. Hal itu berdampak kepada kesulitan siswa yang lulus untuk mendaftar ke Perguruan Tinggi.
“Menurut saya ini beban baru, saya harap Telkom menyelesaikan masalah ini secepatnya karena bagian itu bukan kewenangan kita. Saya tidak tahu bagaimana caranya, tapi ini mempengaruhi saya pu anak-anak mau ujian masuk PT, akhirnya ada yang saya suruh berangkat ke Biak, ada yang saya suruh berangkat ke Makassar untuk tes karena ada beberapa PT mereka tidak mau tunda,” ujarnya.
Proses belajar-mengajar di sekolah Juli nanti, kata Sohilait, dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. Karena itu ia berharap masyarakat mendukungnya dengan juga tetap menaati protokol kesehatan.
“Tapi kalau masyarakat tidak disiplin, Covid-19 berkembang, masalah muncul dan itu akan mempengaruhi pendidikan di Papua. Kita perlu berdoa supaya Covid-19 bisa berlalu. Saya yakin pendidikan akan membaik kembali dan tentu mutu juga akan meningkat kembali,” katanya.
Kepala SMA Negeri 1 Jayapura Musa Msiren mengatakan sekolahnya siap melaksanakan belajar tatap muka apabila memang sudah diizinkan Dinas Pendidikan Provinsi Papua maupun Dinas Pendidikan Kota Jayapura
“Kita semua siap…. dengan memperhatikan protokol kesehatan, itu menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Tetapi yang perlu diperhatikan, kata Msiren, harus ada perhatian khusus bagi sekolah-sekolah besar mengingat jumlah siswa yang banyak. Karena itu diperlukan kerja sama instansi-instansi terkait.
“Kalau kita bicara transportasi mungkin Dinas Perhubungan Provinsi Papua siapkan angkutan sehingga anak nyaman dari rumah sampai ke sekolah dengan rute-rute yang sudah ditentukan,” ujarnya.
Kemudian, tambahnya, masalah masker dan hand sanitaizer yang mungkin Dinas Kesehatan membantu sekolah untuk mengurangi beban sekolah.
“Karena sekolah tidak mampu mengatasi hal-hal begini kalau kita tatap muka,” katanya.
Dengan jumlah siswa 1.500, kata Msiren, sekolah akan membagi satu kelas menjadi dua kelas. Proses belajar-mengajar akan dilaksanakan dua kali sehari.
“Apalagi kita sekolah besar dengan aturan dari satgas Covid-19 minimal harus 18 sampai 20 siswa per kelas, kalau kita sekolah besar ya harus dipisahkan lagi satu kelas menjadi dua kelas,” ujarnya.
Selain itu untuk mendukung proses belajar mengajar tatap muka, kata Msiren, 50 pegawai dan guru telah divaksin. Sisanya 50 guru dan pegawai belum, karena alasan kesehatan.
Pihak sekolah, kata Msiren, akan mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk membuat kesepakatan sebelum proses belajar-mengajar dijalankan.
“Kalau orang tuanya tidak setuju ya berarti kita tidak bisa melaksanakan, karena ini menyangkut keselamatan jiwa anak-anaknya sehingga ini menjadi pertimbangan, kalau semua sepakat ya kita lakukan,” katanya.
Di masa pandemi Covid-19, kata Msiren, presentasi siswa yang mengikuti proses pembelajaran daring mencapai 80 persen hingga 90 persen. Sisanya 10 persen terkendala karena tidak memiliki handphone dan masalah puls
Siswi SMA Negeri 1 Jayapura Angela Parinding menyambut baik rencana pembelajaran tatap muka di sekolah. Ia meminta agar teman-temannya tetap mematuhi protokol kesehatan.
“Senang bisa ketemu dengan guru secara langsung, bisa ketemu langsung dengan teman juga karena secara online kita cuma tahu nama, bahkan tidak kenal muka,” kata siswi kelas X tersebut.
Selama ini pembelajaran online menurut Parinding cukup menyulitkan apabila materi atau soal berbentuk video yang kurang dimengerti namun tidak bisa bertanya secara langsung kepada guru. (*)
Editor: Syofiardi