Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Antrean saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat menuai protes dari dewan perwakilan rakyat daerah setempat. Dewan menilai kondisi itu terjadi karena sebaran pelaksanaan vaksinasi yang tidak merata. “Sehingga muncul antrean di titik tertentu, seperti Tanah Abang,” kata anggota Komisi B, DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, Rabu (24/2/2021).
Gilbert meminta Pemerintah Provinsi DKI segera membenahi alur pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Apa lagi menurut dia, antrean penerima vaksin di beberapa titik, sementara di tempat lain tidak. “Beban ini sejak awal seharusnya sudah diperkirakan, dan dirancang agar merata,” kata Gilbert menambahkan.
Baca juga : Bupati Jayapura: Pimpinan OPD harus jadi contoh dalam vaksinasi COVID-19
Pemkot Jayapura siapkan 22 fasilitas kesehatan untuk vaksinasi
Dinkes Kota Jayapura anggarkan Rp5 miliar untuk operasional vaksinasi
Menurut dia, penumpukan antrean penerima vaksinasi justru berpotensi menimbulkan penularan baru. Terlebih, warga berusia lanjut turut serta dalam program vaksinasi tahap kedua. Meski ia mengakui animo masyarakat untuk vaksinasi cukup tinggi. Namun ia tidak mengetahui secara pasti apakah stok vaksin di Indonesia, khususnya Jakarta mencukupi.
“Kalau (vaksin) jumlahnya terbatas, harusnya yang dipanggil juga sesuai jumlah vaksin, bukan dibuat terbuka seperti siapa cepat dapat dan tidak merata antar faskes,” ujar Gilbert menjelaskan.
Sekretaris Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Ahmad Yani juga meminta Pemprov dan pihak pelaksana untuk mengevaluasi pelaksanaan vaksinasi usai kemunculan antrean di Tanah Abang.
Ia menyatakan meskipun penyuntikan vaksin merupakan upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona, tapi prosesnya tetap wajib memperhatikan protokol kesehatan.
“Ya menurut kami kejadian tersebut harus dievaluasi oleh pelaksana. Tentunya harus dengan mekanisme yang sesuai dengan protokol kesehatan,” kata Yani.
Yani mengingatkan agar warga memahami bahwa penerima vaksinasi Covid-19 belum tentu kebal dari virus corona. Hal ini sesuai penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa penerima vaksin tetap berisiko terpapar virus corona, namun gejala yang didapat tidak parah.
“Vaksinasi bukanlah suntik kebal terhadap virus Covid-19. Ini yang harus diinformasikan dengan cermat ke masyarakat agar tidak terjadi salah tafsir bahwa setelah vaksin Covid-19 ini diberikan maka seseorang menjadi kebal terhadap Covid-19. Ini adalah pemahaman yang keliru,” ujar Yani lagi mejelaskan. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol