Angka kelahiran dan kesehatan warga Suku Korowai terancam

Salah satu pasien di kampung Ayak, Korowai saat mengonsumsi obat yang di bagikan oleh Pdt. Trevor bersama Kopkedat Papua pada 2017 silam - Jubi/Agus Pabika.
Salah satu pasien di kampung Ayak, Korowai saat mengonsumsi obat yang di bagikan oleh Pdt. Trevor bersama Kopkedat Papua pada 2017 silam – Jubi/Agus Pabika.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Suku Korowai tercatat sebagai suku yang tidak memiliki angka kelahiran atau populasi jiwa yang cepat. Jika tak ditangani, hal ini akan berpengaruh besar kepada masa depan warga suku tersebut.

Read More

Mama Perin Lambe, kader kesehatan di Danowage  mengaku, minimnya angka pertumbuhan karena tingkat kesehatan masyarakat yang rendah. Ia mengungkapkan Danowage kerap kekurangan obat untuk masyarakat.

“Saya sangat kekurangan obat bingung mau bantu orang-orang sakit disini bagaimana? Saya amati ada yang kena penyakit TBC batuk-batuk tapi nanti mau obati bagaimana? Karena itu harus melalui obat program tapi kami tidak punya obat TB maka kami hanya bantu dengan Doa saja,” kata mama Perin.

Menurutnya, petugas Medis dari Boven Digoel tidak meninggalkan obat di Puskesmas Pembantu Danowage. Padahal ada banyak warga yang membutuhkan bantuan obat-obatan.

“Sampai saat ini stok obat kami di Danowage habis, kami harap dinas kesehatan kabupaten, provinsi Papua dan pusat dapat melihat dengan serius soal kesehatan di pedalaman Papua.

Sementara itu Yan Akobiarek ketua Komunitas Peduli Kemanusiaan Daerah Terpencil (KOPKEDAT) Papua mengatakan, jeritan orang asli Papua di pedalaman Korowai ini bukanlah hal baru. Ia menyebut pemerintah bersikap abai pada kondisi Suku Korowai.

“Tanah, air, SDA melimpah sayang kalau mereka tidak punya banyak generasi yang akan menikmati sumber daya alam mereka dikemudian hari. Maka orang lain akan datang menguasai tanah adat mereka,” kata Yan aktivis kemanusiaan Kopkedat (KOPKEDAT) Papua. (*)

Editor: Edho Sinaga

 

Related posts

Leave a Reply