Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM perwakilan Papua menilai satuan Brimob Kepolisian Daerah (Polda) Papua lebih memahami psikologi warga setiap daerah, saat melaksanakan pengamanan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun ini.
Kepala Kantor Komnas HAM perwakilan Papua, Frits Ramandey mengatakan, hal itu terlihat saat terjadi keributan pada salah tempat pemungutan suara atau TPS di Kabupaten Mamberamo Raya, 9 Desember 2020.
Katanya, dari aduan yang diterima Komnas HAM perwakilan Papua insiden itu terjadi beberapa jam setelah pemungutan suara. Kejadian ini menyebabkan seorang anggota Brimob yang melakukan pengamanan terkena panah warga di lengan kanan.
Akan tetapi, rekan korban yang melakukan pengamanan di lokasi tidak bertindak represif.
“Brimob yang kena panah itu dari satuan Brimob Polda Papua. Akan tetapi anggota Brimob meresponsnya dengan cara lebih soft. Tidak bertindak represif,” kata Ramadey melalui panggilan teleponnya, Jumat (11/12/2020).
Menurutnya, kalau saja yang terkena panah warga saat keributan, adalah anggota Brimob dari luar Papua yang diperbantukan mengamankan pilkada di sana, kemungkinan ada potensi tindakan represif terhadap warga.
Ia mengatakan, ini menunjukkan kalau Brimob yang memang bertugas di Papua, bukan perbantuan dari daerah lain. Karena itu lebih memahami psikologi dan karakter warga setiap wilayah.
“Bayangkan, rekannya sudah dipanah tapi anggota Brimob lainnya tidak bertindak berlebihan,” ujarnya.
Ramandey menambahkan, sikap anggota Brimob yang mengamankan Pilkada di Mamberamo Raya itu menunjukkan adanya upaya pendekatan humanis saat bertugas.
“Ini baik menurut kami. Kita apresiasi sikap Brimob Polda Papua yang tidak merespons kejadian tersebut secara berlebihan,” ucapnya.
Sebelumnya Wakapolda Papua, Brigjen Pol Mathius Fakhiri mengatakan insiden itu berawal ketika oknum warga yang diduga mabuk membuat keributan di salah satu TPS. Warga itu berupaya merampas kotak suara yang berisi surat suara.
Polisi yang menerima laporan langsung mendatangi lokasi kejadian. Sesampainya di sana, polisi diserang masyarakat menggunakan panah, parang, dan tombak.
“Kami perintahkan kepada anggota [Brimob] di lapangan, tetap melakukan langkah persuasif, jangan sampai ada yang emosi dan melakukan hal lainnya,” kata Mathius Fakiri, 9 Desember 2020.
Menurutnya, beruntung anggota polisi dan Brimob yang bertugas di lapangan dapat menahan diri. Tidak bertindak berlebihan.
“Kesabaran anggota di lapangan sudah teruji. Brimob yang bertugas di Mamberamo Raya dari BKO Polda Papua telah memahami kondisi masyarakat di sana,” ujarnya. (*)
Editor: Syam Terrajana