Papua No. 1 News Portal | Jubi
Oleh: Sam Olley
Ahli ekologi sedang meninjau penelitian tentang terumbu di sekitar gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, gunung berapi yang erupsi hingga menimbulkan tsunami di Tonga pada 15 Januari 2022 lalu. Penelitian itu untuk melihat kondisi keanekaragaman hayati pasca-erupsi dan tsunami tersebut.
Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai pernah mengalami erupsi pada Desember 2014 hingga Januari 2015. Erupsi kali itu menciptakan daratan seluas 185 hektar – daratan terbaru di bumi – yang menghubungkan kedua pulau.
Para ilmuwan pergi ke sana empat tahun kemudian untuk melihat apakah populasi karang dan ikan di sekitarnya selamat dari erupsi Januari 2015 itu. Penelitian ini merupakan bagian dari ahli ekologi terumbu karang Dr Patrick Smallhorn-West PhD.
Baca juga: Diplomasi publik Papua Nugini lebih dari pameran dan KTT
Pada 15 Januari 2022 lalu, Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai kembali mengalami erupsi. Smallhorn-West menyebut erupsi melampaui bayangannya, seolah-olah “lebih dari sekadar nyata” karena terjadi begitu dasyat dan menimbulkan kerusakan serupa ledakan bom nuklir. Akan tetapi, Smallhorn-West optimis populasi karang di sana dapat pulih seiring waktu.
“Jika beberapa terumbu selamat, mungkin pemulihan yang layak akan terjadi dalam waktu singkat. Jika semua terumbu karang musnah, maka pemulihan akan lebih lama …. Saya berharap untuk melihat pemulihan yang bagus di sekitar sana dalam waktu dekat. Lima tahun atau lebih, jika tidak ada letusan lebih lanjut.”
Dia dan rekan-rekan ilmuwannya menemukan bahwa terumbu karang di sejumlah lokasi musnah letusan 15 Januari 2022 lalu. “Di beberapa tempat, terumbu karang benar-benar musnah. Itu hal terburuk yang bisa terjadi pada terumbu karang, ini seperti bom nuklir.”
Namun Smallhorn-West juga menemukan sejumlah populasi terumbu karang di Hunga Tonga-Hunga Ha’apai sama sekali tidak terganggu. “Pertumbuhan karang yang mungkin berusia 40 atau 50 tahun masih ada di sana. Itu populasi terumbu karang paling sehat yang pernah kami lihat di seluruh negeri.”
Baca juga: Dua perempuan Pasifik dinamai Pacific Person of the Year 2021 dari majalah Islands Business
Dia percaya terumbu karang yang terisolasi, berkurangnya polusi dan penangkapan ikan, dan keberadaan terumbu karang yang lebih tua dan sehat akan membantu pemulihan terumbu karang yang rusak pulih dengan cepat.
“Ada pertumbuhan yang sangat tinggi, banyak bayi karang tumbuh kembali di tempat yang telah hancur. Cukup menakjubkan. Citra satelit menunjukkan letusan ini membuat beberapa populasi terumbu yang kami jelajahi tahun 2018 kini seperti keluar dari air atau hilang begitu saja,” kata Smallhorn-West.
“Karang-karang tersebut mungkin tidak memiliki peluang bagus. Akan tetapi, tepi luar pulau timur laut benar-benar terlindungi dari letusan. Akan sangat menarik untuk melihat apa yang terjadi di sana.” (*)
Sumber: RNZ
Editor: Aryo Wisanggeni G