Ahli ungkap petir tropis penyebab kebakaran kilang Pertamina

Ilustrasi cuaca ekstrem. -Tempo

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Ahli petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Reynaldo Zoro mengungkapkan cara sambaran petir bisa membakar kilang milik Pertamina seperti di Balongan, Indramayu, pekan lalu. Ia menjelaskan kejadian serupa pernah terjadi di kilang lain, yaitu di Cilacap.

Read More

“Ketika menyambar instalasi yang ada komponen bahan bakarnya, kebetulan ada oksigen, kalau ada api dari petir dia terbakar,” ujar Reynaldo, Senin, (5/4/2021).

Baca juga : Kebakaran kilang minyak Balongan, tiga orang hilang dua desa dikosongkan 

Sebagian wilayah Papua dan Papua Barat akan hujan petir 

BMKG: Waspadai cuaca ekstrim di Papua Barat

Guru besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu meyakini kilang Balongan terbakar dan meledak setelah tersambar petir. Hal itu dibuktikan dengan sejumlah bukti-bukti yang ia kumpulkan di luar tim investigasi kebakaran.

Dosen dan peneliti dari kelompok keahlian Teknik Ketenagalistrikan itu juga mengatakan selain dari temuan di lapangan, asumsinya berdasarkan kejadian sebelumnya. Yakni sejumlah kejadian petir menyambar kilang sering terjadi. “Sejak 1995 kebakaran akibat petir di Cilacap itu hampir setiap tahun tangki terbakar,” kata Reynaldo menjelaskan.

Ia juga menyebut kilang di Dumai sudah dua kali kebakaran gara-gara petir, di Balikpapan sekali, Sorong juga pernah. Ia memastikan belum ada kemungkinan yang kuat selain petir. “Apa dilempar puntung rokok begitu, itu kan nggak mungkin,” kata Reynaldo yang melihat keamanan di daerah perminyakan sangat ketat.

Adapun indikasi kebocoran tangki sebelum terbakar dan meledak menjadi faktor lain untuk diselidiki. “Itu satu sama lain menyambung, kenapa bocor, kenapa terbakar, itu yang kita urut, coba dievaluasi dan harus ada alasan ilmiahnya,” kata Reynaldo.

Ia membenarkan  jika kilang Pertamina telah memakai penangkal petir yang standar sesuai aturan internasional. Namun perangkat itu dinilai tidak cukup melindungi tangki-tangki yang tebalnya 4,8 milimeter, sebab standar penangkalnya mengacu pada petir-petir di negara subtropis. Sementara kondisi petir di Indonesia punya keunikan.

“Hampir di seluruh Indonesia, muatan petirnya besar, amplitudonya tinggi, gelombangnya curam, kemudian kemampuan merusaknya besar, itu namanya petir tropis,” katanya.

Petir tropis, menurutnya, telah diteliti sejak 1992. Normalnya arus listrik dari petir tropis itu dengan kemungkinan 50 persen sebesar 40 kiloampere, 100 kiloampere dengan kemungkinan muncul 20 persen, dan lebih jarang lagi atau 5 persen mencapai 200 kilo ampere. Arus maksimal petir tropis hingga 900 kilo ampere.

Ia merekomendasikan ada peningkatan keamanan tangki terhadap sambaran petir karena penangkal yang standar tidak cukup. Tujuan sederhananya supaya struktur tangki di kilang tidak dilewati arus petir. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply