Oleh: Yan Christian Warinussy*
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX baru saja ditutup pada Jumat, (15/10) oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H.Ma’ruf Amin di Stadion Lukas Enembe, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Untuk pertama kali dalam sejarah keikutsertaannya dalam event empat tahunan itu, Kontingen Tuan rumah, Provinsi Papua menembus dominasi kontingen asal pulau Jawa, dengan menempati peringkat keempat.
Papua meraih 261 medali yang terdiri dari 93 emas, 66 perak, dan 88 perunggu. Prestasi luar biasa Papua diikuti pula oleh Kontingen Pulau Dewata Bali yang berhasil menyingkirkan kontingen Jawa Tengah dari posisi lima besar. Bali menempati peringkat kelima dengan merebut 76 medali, yang terdiri dari 28 emas, 25 perak dan 23 perunggu.
Sementara kontingen asal Bumi Pasundan, Jawa Barat mempertahankan posisi sebagai pengumpul medali terbanyak pada PON ke-XX ini dengan raihan 353 medali, dengan rincian 133 emas, 105 perak serta 115 perunggu. Disusul kontingen Ibukota Negara, DKI Jakarta yang menempati posisi kedua dengan meraih 301 medali yang terdiri dari 110 emas, 91 perak, 100 perunggu.
Kontingen Jawa Timur menduduki peringkat ketiga dengan 110 emas, 89 perak dan 85 perunggu. Kontingen tuan rumah Papua meraih sukses sebagai penyelenggara PON ke-XX, tapi juga sukses prestasi karena berhasil meraih posisi peringkat keempat.
Bahkan Papua berhasil meraup medali emas dari cabang olahraga bergengsi dan paling banyak digemari, yaitu sepakbola Putra dan Putri. Serta Papua juga meraih medali emas dari cabang olahraga futsal putra.
Satu hal yang menurut saya selaku Juru Bicara Jaringan Damai Papua (JDP) menarik adalah dari segi pembangunan infrastruktur olahraga telah mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua dan juga Pemerintah Indonesia. Yaitu dengan dibangunnya beberapa venue olahraga berstandar internasional di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke sebagai pusat penyelenggaraan sejumlah event cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan dan diperlombakan dalam PON ke-XX yang baru lalu.
Dari aspek pembangunan yang merupakan tanggung jawab negara telah terlaksana dengan baik dan dinikmati oleh sebagian rakyat Papua dan para atlet dari berbagai cabor serta wasit dan ofisial tim.
Pertanyaannya sekarang, apa yang bakal terjadi sesudah PON usai di Tanah Papua? Bagaimana dengan rencana aksi berikut yang sedang dipikirkan oleh Gubernur Lukas Enembe dan jajarannya. Khususnya pegiat olahraga di Tanah Papua, semisal pengurus teras Komite Olahraga Nasional (KONI) Papua bersama jajaran pengurus cabornya?
Kenapa pertanyaan pertama di atas muncul?
Kami dan mungkin kebanyakan rakyat adalah bagaimana dengan aspek maintenance dari fasilitas-fasilitas olahraga standar dunia di empat wilayah di Tanah Papua tersebut?
Aspek penganggaran di dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota bahkan provinsi Papua bakal dirasionalisasi kan. Karena perawatan fasilitas berstandar internasional tersebut, termasuk Stadion Olahraga Lukas Enembe bakal menyedot anggaran tidak murah.
Sebab kesinambungan pembinaan olahraga di Tanah Papua, terutama di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke menjadi prioritas penting yang mesti direncanakan secara baik.
Karena sesungguhnya akan berimbas pada pengelolaan fasilitas-fasilitas olahraga berstandar internasional tersebut, yang secara otomatis jika belum jalan secara berkesinambungan maka diharapkan bisa berdampak multi effect secara ekonomi bagi pembinaan perekonomian rakyat lokal asli Papua tentu. Sehingga diharapkan upaya pemenuhan hak-hak dasar rakyat di bidang pengembangan ekonomi lokal Papua bakal bergerak maju.
Sentilan pidato Presiden Republik Indonesia Ir.H.Joko Widodo pada pembukaan PON ke-XX dengan kata Papua, Torang Bisa dan diakhiri dalam penutupan oleh Wapres Ma’arif Amin dengan kata Papua Sa Cinta Ko, sesungguhnya merupakan awal yang baik bagi dimulainya langkah konkrit negara untuk mendengar suara rakyat Papua.
Prestasi Raihan peringkat keempat dalam urutan pemenang PON Papua hendaknya menjadi kata kunci bagi negara untuk menoleh ke Timur, bahwa Gubernur Lukas Enembe dan jajarannya bersama seluruh lapisan rakyat Papua juga butuh didengar.
Mereka rakyat Papua juga sangat ingin hidup damai, sehingga menurut JDP, telah ada moment untuk negara melalui Presiden Jokowi dan Wapres Ma’arif Amin untuk mewujudkan Papua Sa Cinta Ko, Papua Torang Bisa itu dalam aras kebijakan untuk memulai dialog secara inklusif dalam upaya menyelesaikan persoalan distorsi sejarah, menghentikan eskalasi kekerasan serta mendorong penyelesaian kasus-kasus dugaan pelanggaran HAM secara bijak di atas aras demokrasi yang universal. (*)
*) Yan Christian Warinussy adalah Juru Bicara Jaringan Damai Papua