Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Ketua Yayasan Gereja GIDI (Yapelin) Papua, David Silak, menyerahkan secara simbolis 13 buah sertifikat tanah Gereja GIDI Karubaga yang diterima langsung oleh Ketua Wilayah Toli, Pendeta Marthen Jingga, usai ibadah HUT GIDI di Bandara Karubaga, Rabu (12/2/2020) pekan lalu.
Penyerahan sertifikat sebanyak 13 kapling atas lokasi gereja itu disaksikan Kapolres Tolikara AKBP Leonard Akobiarek, Asisten III Sekda Tolikara Adi Wibowo, dan Danramil Karubaga Kapten C. Ansanay, serta seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Tolikara dan warga Tolikara.
Ketua Yapelin Papua, David Silak ,saat penyerahan sertifikat itu menyatakan ia bersama tim mendatangi kota Injil Karubaga sudah empat kali hanya untuk mengurus tanah gereja.
“Kami mengurus tanah ini dengan susah payah. Kami bersama tim telah menyelesaikan tanah gereja mulai dari pengukuran dan sebanyak 13 kapling bersertifikat milik gereja,” katanya dalam rilis Diskominfo Tolikara yang diterima Jubi, Senin (17/2/2020).
“Tanah gereja ini dari masyarakat pemilik hak ulayat di Karubaga dan sudah menyerahkan kepada Gereja GIDI dan berdasarkan surat pelepasan adat yang ditandatangani orangtua yakni Tagananok Yikwa dan Togokwarak Bogum, bersama teman-temannya dengan pengurus Gereja GIDI Wilayah Toli saat itu, sehingga sertifikat ini dibuat,” ujar Ketua Yapelin, David Silak.
David Silak menegaskan tidak ada satu orangpun menggugat tanah bersertifikat milik gereja ini. Indonesia adalah negara hukum, semua telah diatur dengan hukum. Tanah ini ada hukumnya dan hukum itu adalah sertifikat.
“Orangtua kita sudah persembahkan tanah ini untuk Tuhan Allah. Karena itu di atas tanah gereja ini dimanfaatkan untuk mendukung pelayanan Gereja GIDI di wilayah Toli maupun di luar wilayah Toli,” ujarnya.
“Orang yang berhak tinggal di atas tanah Gereja ini diperioritaskan bagi hamba-hamba Tuhan yang masih aktif di organisasi wilayah Toli dan Klasis Konda bahkan sinode. Apabila sudah tidak aktif harus keluar ke lokasi atau tanah sendiri,” lanjut David Silak.
Silak menyampaikan bahwa sejak 8 tahun yang lalu Gereja GIDI bersama Yayasan Yapelin sudah bekerjasama dengan Yayasan Lentera Harapan dan Rumah Sakit Siloam Jakarta. Kerjasama ini dilakukan untuk membangun sekolah unggulan Lentara mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA serta akan diisi tenaga pengajar atau guru-guru yang berkompeten.
Selain itu juga akan dibagun rumah sakit Siloam Cabang Jakarta di Tolikara yang dilengkapi sejumlah peralatan medis yang canggih serta tenaga-tenaga paramedis dan dokter spesialis.
Hal ini menjadi pergumulan serta impian dari Gereja GIDI bersama Yapelin dimana dilakukan untuk menjawab ketimpangan persoalan pendidikan di daerah, karena sekolah unggulan maupun rumah sakit termegah banyak juga dibangun pemerintah di sejumlah daerah tetapi tenaga pengajar kurang berkompeten.
Sama hal pula rumah sakit, banyak dibangun dengan gedung megah dilengkapi dengan peralatan medis namun tenaga medis masih jauh dari harapan.
“Kehadiran Yayasan Lentera untuk bangun sekolah unggulan ini sangat menguntungkan warga Tolikara karena menurut pengalaman sekolah Lentera sangat berhasil meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Papua, di daerah tersulit pun Lentera hadir, kami apresiasi itu,” kata Silak.
Sementara itu, Ketua GIDI Wilayah Toli, Pendeta Marthen Jingga, mengimbau seluruh umat warga Tolikara yang masih menempati atau tinggal di atas tanah Gereja GIDI lebih dari 13 lokasi diminta untuk segera pindah ke lokasi atau tanah sendiri.
Karena sertifikat tanah sudah dibuat dan menurut rencana dalam tahun 2020 ini akan membuat pagar. Selain itu dalam tahun 2020 ini juga sekolah Lentera dan rumah sakit Siloam akan segera dibangun.
“Peletakan batu pertama untuk bangun sekolah Lentera dan rumah sakit Siloam sudah dilakukan pada tahun 2019 lalu, jadi tahun 2020 ini tinggal bangun. Karenanya lokasi gereja ini harus dikosongkan segera,” kata Pendeta Marthen Jingga.
Marthen Jingga berharap seluruh stakeholder saling mendukung penuh progam mulia dari Gereja GIDI ini.
“Sebelum pemerintah masuk di daerah ini, gereja sudah lebih dulu membuka pelayanan dengan menyebarkan ajaran Nasrani. Karena itu kerjasama antara pemerintah dengan gereja menjadi perhatian utama,” ujarnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari