WVI tingkatkan kemampuan guru 70 SD di Kabupaten Jayapura, Papua

Papua
Seorang guru SD di Kabupaten Jayapura dilatih menggunakan Google Workscape for Education. - Jubi/Dok. WVI Area Program Sentani.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Selama tiga bulan Wahana Visi Indonesia (WVI) melakukan pendampingan di 70 Sekolah Dasar di Kabupaten Jayapura, Papua dalam program organisasi penggerak tahap satu untuk meningkatkan kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan.

Koordinator Edukasi WVI Area Program Sentani Theodor Okoka mengatakan 70 Sekolah Dasar terdapat di 15 distrik yang berada di Kabupaten Jayapura, Papua. Kelima belas distrik adalah Sentani Barat, Waibu, Sentani, Demta, Unurumguay, Depapre, Yokari, Nimbokrang, Ravenirara, Sentani Timur, Gersi Selatan, Kemtuk Gresi, Ebungfauw, dan Nimboran.

“Selama tiga bulan itu hanya 70 SD kami jangkau mengingat durasi program yang sangat singkat dan akses yang cukup sulit sehingga tidak bisa semua sekolah bisa kami capai dan ada sekolah-sekolah yang masih bermasalah, itu juga tidak bisa kami capai,” kata Okoka dalam acara zoom ‘Workshop Diseminasi Praktik Baik Program Organisasi Penggerak Tahap 1’ di Tingkat SD Kabupaten Jayapura, Papua pada Kamis, 9 Desember 2021.

BACA JUGA: Ketidakmampuan baca tulis anak-anak di pedalaman Papua masih tinggi

Okoka mengatakan selama tiga bulan itu para guru diberikan pelatihan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang dimaksudkan untuk memperlengkapi para guru terkait penggunaan Google Workspace for Education dalam membantu proses pembelajaran secara daring di tengah pandemi.

“Sehingga pengaplikasian TIK dalam pembelajaran menjadi konsern dalam pelatihan TIK,” katanya.

Kemudian ada juga pelatihan psikososial yang dimaksudkan untuk memperlengkapi para guru terkait bagaimana menghadapi situasi psikologis di saat masa pendemi yang membuat guru dan siswa rentan mengalami stres, bahkan hingga gangguan emosional.

Berikutnya pelatihan Wahana Literasi yang menjadi praktik baik WVI yang telah dipraktikkan di seluruh sekolah sasaran program organisasi penggerak.

“Melalui program Wahana Literasi guru dan tenaga pendidik dilatih tentang metode dan cara ajar kolaboratif yang akan mendorong peningkatan minat atau kemampuan membaca anak,” ujarnya.

Okaka mengatakan setidaknya 438 guru mengikuti pelatihan dan 54 kepala sekolah aktif terlibat menjadi penggerak dari pelatihan yang diberikan WVI dalam program organisasi penggerak. Di mana hasil dari pelatihan tersebut setidaknya 13 guru telah terlatih dan siap menjadi ‘Master Teacher Wahana Literasi’ dan pembuatan alat peraga edukasi sudah mulai dilakukan di sekolah-sekolah.

Di pelatihan TIK, katanya, setidaknya 15 guru telah terlatih menjadi master teacher TIK dan penggunaan tools ‘Geoogle Workspace for Education’ sudah mulai diterapkan di sejumlah sekolah. Juga 10 guru telah terlatih sebagai ‘master teacher psikososial’ dan dukungan psikososial awal guru dan siswa sudah mulai dicoba praktikkan di sekolah-sekolah di Papua.

“Selama dua tahun pandemi ini, masalah-masalah psikososial muncul, baik di lingkup guru maupun siswa, sehingga pemahaman psikososial ini perlu digalakkan agar masalah-masalah psikososial ditangani secara serius,” katanya.

Menurut Okaka selama program tersebut berjalan ada tantangan yang dihadapi seperti waktu program yang singkat sehingga membuat kegiatan pelatihan tidak seluruhnya dapat berjalan. Juga tidak semua sekolah sasaran mendapat manfaat dari kegiatan tersebut dan akses internet yang terbatas. Sebab 40 persen SD berada di lokasi yang jaringan internetnya kurang stabil sehingga tidak dapat mengikuti pelatihan secara daring.

Untuk itu, kata Okaka, butuh dukungan dari semua pihak. Di antaranya komitmen guru-guru, master teacher, serta adanya dukungan kepala SD sasaran program. Selain itu juga dukungan kuat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Papua dan tentu Wahana Visi Indonesia yang terus berkomitmen mendampingi guru dan sekolah guru sehingga target program terlaksana dengan baik.

“Kami berharap pelatihan yang telah diterima dapat diterapkan di sekolah masing-masing,” katanya.

Guru SD Inpres Kehiran, Aksamina Yohana Sokoy mengatakan pelatihan sangat bagus karena membuat guru semakin banyak tahu tentang literasi dan menggunakan bahan-bahan di sekitar untuk membangkitkan minat literasi anak-anak di sekolah.

Ia berharap  pelatihan tersebut bisa dilanjutkan, tetapi dengan melakukan tatap muka secara langsung, karena ada banyak sekolah yang masih bermasalah dengan gangguan jaringan.

“Kami juga tahu lebih banyak terkait penilaian formatif terhadap masing-masing anak-anak kami di sekolah,” ujarnya. (*)

Editor: Syofiardi

Leave a Reply