Waspadai gejala Covid-19 varian Delta yang telah menyebar di 80 negara

Papua
Ilustrasi pandemi Covid-19 - Pexels.com.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut Covid-19 varian Delta telah terdeteksi di lebih dari 80 negara. Virus pertama kali diidentifikasi di India itu terus bermutasi saat menyebar dengan gejala yang lebih parah, berbeda dengan varian lain.

Read More

“Varian Delta menyebabkan gejala yang lebih parah, tapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan tersebut,” ujar salah satu pejabat WHO, seperti dikutip CNBC, Kamis, (17/6/2021).

Baca juga : WHO yakin pandemi Covid-19 terkendali dalam hitungan bulan  

Varian Covid-19 baru, Hong Kong tangguhkan penerbangan dari sejumlah negara ini

Sejumlah faktor ini penyebab Covid-19 di India melonjak

Varian itu menjadi strain dominan di beberapa negara, seperti Inggris, dan kemungkinan terjadi di negara lain, seperti di Amerika Serikat.  Penelitian telah menunjukkan varian ini bahkan lebih menular daripada varian lainnya.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa data menunjukkan varian Delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha, sebelumnya dikenal sebagai varian Inggris atau Kent.

Para peneliti menyarankan agar mewaspadai adanya tanda-tanda bahwa varian Delta dapat memicu gejala yang berbeda. Selama pandemi, pemerintah di seluruh dunia menjelaskan bahwa gejala utama Covid-19 adalah demam, batuk terus-menerus, dan kehilangan rasa atau penciuman dengan beberapa variasi.

Daftar gejala terbaru CDC, misalnya termasuk kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare sebagai gejala infeksi yang mungkin terjadi. Tentu saja ada jutaan orang yang mengidap Covid-19 tanpa gejala sama sekali dengan tingkat penularan tanpa gejala yang masih diselidiki oleh para ilmuwan.

Varian Delta tampaknya memicu berbagai gejala yang berbeda, menurut para ahli. Tim Spector, seorang profesor epidemiologi genetik di King’s College London, menjalankan studi Zoe Covid Symptom, sebuah studi di Inggris yang sedang berlangsung yang memungkinkan masyarakat untuk memasukkan gejala Covid mereka pada sebuah aplikasi kemudian datanya dianalisis.

Dalam penjelasan virtual pekan lalu, Spector mengatakan Covid-19 juga bertindak berbeda sekarang. Ini lebih seperti flu yang parah pada populasi yang lebih muda.

“Dan orang-orang tidak menyadarinya, itu belum ditemukan dalam informasi pemerintah mana pun,” ujar Spector menjelaskan.

Sejak awal Mei, Spector melihat gejala teratas di pengguna aplikasi dan mereka tidak sama seperti sebelumnya. Gejala nomor satu adalah sakit kepala, kemudian diikuti oleh sakit tenggorokan, pilek dan demam. Lebih banyak gejala Covid-19 tradisional seperti batuk, dan kehilangan penciuman jauh lebih jarang sekarang. “Orang yang lebih muda mengalami lebih banyak pilek,” katanya.

Selain itu, varian Alpha juga menyoroti munculnya serangkaian gejala yang lebih luas. Sebuah studi terhadap lebih dari satu juta orang di Inggris dalam studi REACT—yang melacak transmisi komunitas virus di Inggris antara Juni 2020 dan Januari 2021—mengungkapkan gejala tambahan terkait dengan virus corona Covid-19 termasuk kedinginan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala dan nyeri otot, di samping gejala klasik. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply