Wamena, Jubi – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun meteorologi Wamena meminta pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pegunungan tengah Papua, untuk mewaspadai perubahan cuaca yang dinilai cukup ekstrim dari Juli hingga September 2019.
Prakirawati BMKG stasiun meteorologi Wamena, Laura Silfa Maharet Ronggiare mengatakan, saat ini cuaca memasuki musim kemarau yang diawali dengan pancaroba dimana peralihan dari musim hujan ke kemarau yang cukup ekstrim.
“Ekstrimnya seperti penurunan suhu, angin yang kencang tidak seperti suhu normal yang terjadi di Wamena seperti biasanya,” katanya kepada wartawan di BMKG Wamena, Sabtu (13/7/2019).
Kata dia, normalnya suhu di Wamena mulai dari 16-28 derajat celcius, tetapi setelah dalam tiga hari belakangan ini terpantau dari minimumnya pada Sabtu (13/7/2019) pagi harinya 11,4 derajat celcius, maksimum 25 derajat celcius di Wamena.
Perubahan suhu cuaca ini juga berpengaruh terhadap kabupaten lain di pegunungan seperti Lanny Jaya, Nduga, Mamberamo Tengah dan Yalimo. Namun kewaspadaan yang lebih ditingkatkan ialah untuk kabupaten Lanny Jaya dan Nduga.
Dimana, kata Laura, di dua wilayah itu di masa pancaroba saat ini suhunya lebih esktrim dari Wamena, dimana lebih turun suhunya dibandingkan dengan Wamena.
“Khusus untuk Lanny Jaya dan Nduga lebih ekstrim dari kita di Wamena sekitar kurang dua derajat, kalau di Wamena sudah 11 derajat celcius, di Lanny Jaya dan sejumlah daerah di Nduga seperti Mbua itu bisa 8-9 derajat celcius,” katanya.
Untuk kecepatan angin juga selama beberapa hari yang terpantau, BMKG melihat ada terjadi pengaruh angin Monsoon dingin dari Australia yang aktif pada Juni-September 2019.
”Angin itu bertiup membawa Monsoon udara yang sifatnya kering dan dingin. Sekarang posisi di Australia lagi musim dingin, dimana aktifnya Juni-Juli-Agustus yang membawa angin ke asia melewati Indonesia, karena Papua termasuk dalam daerah dengan ekuator sehingga terkena dampaknya dari angin Monsoon Australia tersebut,” katanya.
Angin monsoon ini juga berdampak di wilayah Wamena, karena topografi di dataran tinggi, dan diperkirakan puncaknya akan terjadi di September 2019 diprediksi terjadi angin kencang, dan bisa saja mempengaruhi untuk penerbangan di Wamena.
Untuk saat ini kecepatan angin masih bisa untuk penerbangan belum terlalu signifikan khususnya di pagi hari angin masih normal 5-10 knot dan masih aman untuk penerbangan. “Namun masuk di siang hingga malam hari rata-rata kecepatan angin bisa sampai 30 knot,” katanya.
Intensitas hujan pun dalam 10 hari terakhir di Wamena ini berkurang, dimana dari pantauan BMKG di tujuh hari hujan dengan intensitas 45,0 milimeter dimana menurun di awal Juli ini.
”Kemungkinan ke depannya bisa di bawah 10 derajat celcius penurunan suhu di Wamena, dimana hal seperti ini pernah terjadi di Wamena pada 2015 hingga 6 derajat celcius, sehingga memang perlu kewaspadaan,” ujar dia.
Terpisah kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jayawijaya, Ernawati Tappi mengaku telah mengetahui akan terjadi peralihan musim khusus di wilayah Jayawijaya.
Ia mengaku, sejauh ini belum ada laporan dari masyarakat terkait dampak dari perubahan cuaca ini. Namun BPBD Jayawijaya akan melakukan sosialisasi dalam waktu dekat ini kepada masyarakat, soal bagaimana mengantisipasi datangnya musim kemarau.
”Kami juga sudah dapat data dari BMKG soal cuaca belakangan ini, namun dari pengalaman tahun sebelumnya jika terjadi kemarau, setidaknya ada tujuh distrik di Jayawijaya yang sempat alami kekeringan di musim kemarau,” kata Ernawati. (*)
Editor: Syam Terrajana