Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Para mahasiswa, pemuda dan warga di Wamena, ibu kota Jayawijaya, Papua menggelar doa bersama dan menggalang sumbangan bagi para korban banjir bandang Sentani dan para warga Kabupaten Nduga yang tengah mengungsi di Wamena, Minggu (24/3/2019). Acara bertajuk “Doa untuk Papua” itu dilaksanakan di taman dan menara salib Wio Silimo di Wamena.
“Doa untuk Papua” itu merupakan inisiatif para aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Wamena dan sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Jayawijaya. Acara itu juga melibatkan komunitas Labewa (Lahir Besar Wamena, terutama para anak generasi milenial.
Ketua HMI Komisariat Wamena, Cabang Jayapura, Azi Widi Kusuma Jaya mengungkapkan duka cita bagi para korban banjir bandang Sentani yang terjadi pada Sabtu (16/3/2019) lalu. Azi menilai, bencana banjir bandang antara lain terjadi karena manusia tidak bisa menjaga alam yang telah diberikan Tuhan.
Azi menjelaskan sejumlah analisis telah menyebutkan praktik pembalakan liar di Cagar Alam Cycloop, Kabupaten Jayapura.”(Kita) tidak bisa kita (melemparkan) kesalahkan bahwa itu kehendak Tuhan. Apa yang terjadi di bumi ini pasti ada kaitannya dengan tingkah laku manusia. Bisa jadi Tuhan memperingatkan kepada kita semua, bahwa alam yang Tuhan telah berikan jangan dirusak,” katanya.
Azi mengajak kaum milenial dan warga masyarakat di kota Wamena pada umumnya, untuk bersama jaga kelestarian alam. Ia mengingatkan agar generasi muda jangan sampai merusak alam sendiri, sehingga berdampak besar bagi kehidupan manusia yang hidup di tanah ini.
Azi juga menyampaikan keprihatinan bagi warga asal Kabupaten Nduga yang mengungsi ke Kabupaten Jayawijaya demi menghindari konflik bersenjata antara pasukan gabungan TNI/Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang dipimpin Agianus Kogoya. Azi mengingatkan, bahwa para peserta “Doa untuk Papua” masih bisa bersekolah, dan menyampaikan keprihatinannya karena banyak dari anak-anak pengungsi asal Nduga yang tidak bersekolah.
“Sehingga, kami dari gabungan organisasi mahasiswa, juga dari komunitas yang ada (di Wamena) menyediakan kotak donasi. Mari kita membantu adik-adik kita yang mungkin saat ini tidak bisa menikmati hidup selayaknya seperti kita yang ada di sini,” katanya.
Rachel Windesi dari komunitas Labewa mengungkapkan rasa dukanya bagi para korban banjir bandang Sentani, dan rasa dukanya bagi para warga Kabupaten Nduga. Baginya, duka warga Sentani, dan duka warga Nduga, sepatutnya menjadi duka bagi semua pihak. Ia berharap hendaknya sesama umat manusia dapat meringankan beban warga Nduga, maupun beban warga Sentani.
“Terima kasih yang sudah menyumbangkan sukarela mengurangi beban saudara-saudara kita di Jayapura dan Nduga, kita fokus yang ada di dalam honai kita dulu, selanjutnya fokus ke Sentani. Kita angkat susah mereka dengan berbagi,” ujar Rachel.
Jutisma Buchary Akbar Jumati dari BEM Sekolah Tinggi Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (STISIP) Amal Ilmiah Yapis Wamena berharap para warga Jayawijaya yang tidak dapat secara langsung membantu korban banjir bandang Sentani dan pengungsi Nduga setidaknya dapat mendoakan keselamatan mereka.
“Kita setidaknya bisa mendoakan agar saudara-saudara kita di Nduga dan Sentani bisa melalui cobaan ini dengan ikhlas. Doa yang sama-sama kita panjatkan ini akan dicatat oleh Tuhan,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G