Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Para jurnalis dan masyarakat di Jayawijaya melakukan aksi damai sebagai bentuk protes di kantor Telkomsel Grapari Wamena, Jumat (16/8/2019). Mereka menuntut pertanggungjawaban penyedia layanan jaringan terhadap kualitas yang dinilai buruk.
Koordinator aksi, Naftali Pawika mengatakan, 74 tahun Indonesia sudah merdeka, tetapi masyarakat Jayawijaya belum merdeka dari jaringan Telkomsel, bahkan bertahun-tahun harus menghadapi jaringan koneksi yang buruk.
“Kami minta pertanggungjawaban Telkomsel atas jaringan yang buruk selama ini,” kata Naftali.
Silvester Korwa masyarakat yang ikut aksi mengaku kecewa dengan jaringan yang disediakan Telkomsel. Ia yang menggunakan kartu halo menyebutkan, kartunya tidak bisa digunakan selama ini dan di akhir bulan banyak kuota yang tersisa.
“Kartu yang saya pakai ini tidak bisa digunakan di Wamena, padahal dalam satu bulan dua kartu itu bisa bayar sampai Rp 1 juta lebih per bulan, tetapi tidak bisa dipakai dan kalau turun ke Jayapura saja baru digunakan,” katanya.
Aspirasi pun disampaikan masyarakat yang merasa dirugikan Telkomsel, namun ketika pihak provider memberikan penjelasan, hal itu justru dirasa tidak memuaskan masyarakat.
“Kami hanya meminta kejelasan Telkomsel dapat memberi kepastian kapan jaringan di Wamena ini bisa bagus,” kata Naftali.
Manager Network Service Telkomsel Jayapura, Erlyawan Budiman mengakui bandwidth untuk Jayawijaya sudah sampai pada batas maksimum yakni 380 Mbps dan tidak bisa dilakukan penambahan lagi.
“Penyediaan jaringan di Jayawijaya hanya mengadalkan satelit dan sudah mentok 380 Mbps, sudah tidak bisa ditambah lagi,” katanya.
Namun pihaknya akan tetap mengakomodir penyampaian pendapat tersebut agar dilakukan eskalasi lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap layanan Telkomsel di Jayawijaya.
Ia pun berkata, jika segala tuntutan yang disampaikan masyarakat pihaknya tetap tidak dapat memastikan dan hanya pasrah atas kendala jaringan yang terjadi.
“Kami tidak dapat berbuat apa-apa soal jaringan saat ini, karena memang sudah mentok tidak dapat ditambah lagi,” kata Erlyawan Budiman.
Sebelumnya lewat siaran pers kepada Jubi, 14 Agustus 2019, Erlyawan Budiman menyatakan hingga saat ini layanan panggilan suara, pesan layanan singkat, maupun koneksi internet Telkomsel di Jayawijaya bergantung kepada teknologi satelit yang kapasitasnya terbatas. Erlyawan menyebut, di Jayawijaya dan kabupaten sekitarnya belum tersedia jaringan kabel fiber optic yang dibutuhkan untuk menambah kapasitas lalu lintas data.
Erlyawan menyatakan Telkomsel menunggu rampungnya pembangunan Palapa Ring Timur yang diharapkan akan menambah kapasitas dan kualitas jaringan telekomunikasi di Jayawijaya maupun kabupaten lain di Pegunungan Tengah Papua. Setelah proyek itu selesai dibangun, barulah Telkomsel bisa meningkatkan layanan broadband berkualitas di kawasan Pegunungan Tengah Papua. (*)
Editor: Syam Terrajana