Portal Berita Tanah Papua No. 1 | Jubi ,
Jayapura, Jubi – Siapa yang tak mengenal lukisan kulit kayu dari Kampung Asei Besar, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura? Jiwa dan tangan telaten milik siapa yang berkali-kali mewakili Papua dalam ajang pameran tingkat nasional?
Ferri Kaigere, seniman dari Kamung Asei Besar adalah jawabannya. Ferri bersama istrinya, Bertha Pepuho, akhirnya merancang usaha lokal yaitu melukis lukisan kulit kayu. Hasilnya bahkan dijual hingga ke PT. Papua Diving Raja Ampat di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.
“Bakat melukis di atas kulit kayu sudah turun-temurun dari keluarga, saya hanya meneruskan,” kata Ferri Kaigere kepada Jubi belum lama ini pada saat pameran lukisan yang dilakukan oleh Coconut Tree Land di Jayapura.
Lukisan-lukisan yang terjual disebutnya dapat menafkahi keluarga. “Anak saya ada 10, dan kami semua menggeluti usaha ini bersama-sama. Selain itu kami juga mencari ikan di danau untuk menambah penghasilan keluarga,” ujarnya.
Ia mengakui sudah berkali-kali mewakili Provinsi Papua dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindangkop) Papua untuk menggelar pameran lukisan kulit kayu di Jakarta.
“Pada 1997 saya pernah mengikuti pelatihan pahat di Bali mewakili Karang Taruna Papua. Tahun 2010 saya ikut pameran dari Dikrenasda Papua di Jakarta, tahun 2012 mewakili Disperindangkop Papua dalam pameran SMESCO di Jakarta serta meraih juara umum pada Pameran Cahaya Timur di Kementerian Industri,” katanya.
Ia mengaku senang karena dapat memamerkan karya-karyanya dalam pameran itu. Dengan demikian banyak pengunjung mengetahui tentang lukisan kulit kayu miliknya.
“Saya berterima kasih kepada Coconut Tree Land yang telah bekerja sama dengan pihak Disperindangkop dan UMKM untuk acara pameran ini. Terima kasih banyak,” katanya.
Di tempat yang sama CEO Coconut Tree Land, Eldonna Vallenzie Sokoy mengatakan, pameran lukisan kulit kayu karya Ferri Kaigere bertujuan untuk menonjolkan wirausaha pemula atau bisnis lokal binaan UKMK, Dinas Perindangkop dan UMKM Kabupaten Jayapura.
“Menonjolkan lukisan motif Sentani ‘Kombou’ sebagai ciri khas suku Sentani yang merupakan warisan budaya leluhur yang harus diapresiasi, dipertahankan dan dikembangkan serta memberi inovasi baru kepada komunitas melalui lukisan dengan motif Sentani yang menggunakan kulit kayu berwarna,” katanya.
Pihaknya juga mendorong agar hasil karya dari para seniman lukisan kulit kayu tersebut dapat menjadi media pembelajaran budaya bagi sekolah-sekolah, masyarakat lokal dan masyarakat mancanegara di Papua.
“Dari hasil pameran ini, Puji Tuhan sudah terjual sembilan lukisan,” ujarnya. (*)