Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Jayapura, Samiyanan Sembodo, mengatakan virus Flu Babi yang beberapa waktu lalu menyerang ratusan ternak babi di Provinsi Bali, belum sampai ke Kabupaten Jayapura. Ternak babi di Kabupaten Jayapura masih aman dan terkendali.
“Virus Africa swine fever atau flu babi yang terjadi di daerah lain belum sampai di sini,” ujar Sembodo saat dihubungi melalui telepon selulernya di Sentani, Kamis (20/2/2020).
Dikatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan langsung ke sejumlah peternak babi di sejumlah titik di Sentani, Waibhu, hingga Depapre.
Selain itu, kata mantan Kadiskominfo ini, tim kesehatan hewan juga sudah turun langsung ke pasar-pasar untuk memeriksa daging babi yang dijual oleh masyarakat. Hasilnya daging babi tersebut layak dikonsumsi.
“Sejauh ini belum ada babi dari luar yang kami terima atau dikarantinakan, karena populasi ternak babi yang dipiara di sini juga cukup banyak,” katanya.
Dikatakan, ada ratusan peternak babi yang telah didata, berarti ada ribuan ekor babi yang tersebar di seluruh Kabupaten Jayapura. Itu yang terdata, masih ada juga yang beternak secara diam-diam dan belum terdata. Untuk mencegah masuknya virus flu babi ini, berada pada tingkat kesadaran peternak itu sendiri untuk rutin membersihkan kandangnya, sanitasinya harus lancar dan baik.
“Setiap tahun ratusan ekor babi juga kami kirim ke daerah pegunungan atas permintaan masyarakat di daerah tersebut, biasanya bertepatan dengan peringatan hari-hari besar keagamaan, seperti natal, tahun baru, ataupun ada acara-acara khusus,” jelasnya.
Sementara itu, David, seorang peternak babi di Sentani, mengatakan sejauh ini kondisi ternaknya dalam kondisi aman-aman saja. David juga mengatakan untuk sanitasi kandang sangat penting karena saat ini ada 30 ekor babi yang dipiaranya.
“Kalau kandang kotor, jelas mengganggu tetangga kita, oleh sebab itu air harus lancar untuk menjaga kebersihan kandang, baik sebelum makan maupun setelah makan,” pungkasnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari