Jakarta, Jubi-Pemimpin redaksi arsip.jubi.id, Victor Mambor mengungkapkan, media yang dipimpinnya itu sudah sering kali dicap sebagai media separatis yang terkait erat dengan berbagai organisasi gerakan Papua merdeka.
Hal itu disampaikannya di hadapan seratusan jurnalis, akademisi dan narablog di kawasan Asia Tenggara yang berkumpul dalam forum “4M Journalism and Sosial Media; Informing The Web” yang digelar di kampus Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Selasa, (23/9) kemarin.
Tak jarang, katanya, cap separatis itu malah datang dari kalangan birokrat di Papua sendiri, hanya karena kerap memberitakan atau memuat pernyataan dari sejumlah organisasi yang juga dicap separatis.
Padahal menurutnya apa yang dilakukan oleh Jubi tak lain hanyalah menyebarkan informasi dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip jurnalisme, di antaranya melakukan klarifikasi, dan verifikasi untuk menguak kebenaran.
“Kami juga kerap memuat pemberitaan tentang kegiatan-kegiatan pemerintahan, pernyataan gubernur, jadi apa dasarnya cap separatis itu?” ujar pria dengan gaya bicara blak-blakan itu.
Dalam konteks relasi Jakarta – Papua, katanya, media online bekerja cukup baik untuk publik dan birokrasi di Jakarta maupun publik di Papua.
Tapi menurutnya, apa yang dilakukan oleh Jubi di tanah Papua, belum bisa bekerja dengan baik pada birokrasi setempat. “Birokrat Papua mungkin perlu dikasih pemahaman soal media online dan media sosial. Sebab saat birokrat Papua baru memikirkan sesuatu, di luar Papua sudah melakukannya,” kata Victor yang juga ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jayapura itu.
Victor didapuk sebagai pembicara dalam bahasan khusus tentang masalah-masalah yang dihadapi kaum minoritas dan pribumi yang jarang diangkat oleh media nasional akibat perhatian berlebih pada elit ibukota.
Dia disandingkan dengan Mahasabree Jehloh, jurnalis media online dari Patani, Thailand Selatan yang juga berfokus pada berita-berita lokal yang jarang dijamah oleh media arus besar (Mainstream).
4M yang berlangsung hingga Rabu (24/9) digelar atas kerja sama AJI Indonesia, Institut Francais Indonesia, CFI media Cooperation, kedutaan besar Prancis di Indonesia dan Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.
Ketua AJI Indonesia, Eko Maryadi dalam pengantarnya mengatakan ajang ini dapat dijadikan sarana saling berbagi pengalaman antar pelaku media di kawasan Asia Tenggara dalam mengelola media masing-masing, baik dari segi independensi pemberitaan , menjalin kemitraan.(Syam Terrajana)