Vaksinasi COVID-19 di kalangan masyarakat asli Australia dan Amerika Serikat meningkat pesat (Bagian 2) 

Vaksinasi COVID-19 di Australia, Perbandingan Papua
Reggie Wuridjal, salah satu pemangku hak ulayat masyarakat adat Aborigin di Australia, menerima suntikan vaksin COVID-19. – Dok. Mala'la Health Service Aboriginal Corporation

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Charlie Gunabarra terus berkeliling komunitas Arnhem Land yang terpencil di dalam bus dengan megafon. Ia berbagi informasi untuk penduduk tentang vaksin COVID-19. Penduduk Maningrida di Northern Territory, Australia itu terus melakukannya.

Kini, lebih dari 1.300 penduduk Maningrida baru saja divaksinasi dengan dosis pertama vaksin Pfizer selama kampanye komunitas selama empat hari di balai kota komunitas.

Read More

Tuan Gunabarra itu, yang juga Kepala Dinas Kesehatan Mala’la setempat, adalah orang pertama yang divaksinasi pada Sabtu 3 Juli 2021 lalu.

“Banyak orang yang benar-benar takut dan mereka berpikir keras apakah ingin mendapatkan vaksin ini atau tidak,” kata Gunabarra.

“Lalu pada hari Minggu (4/7) semua orang masuk begitu saja. Mereka mulai berpikir untuk menjaga keamanan keluarga mereka dan kemudian mereka semua masuk.”

“Ini sangat bagus, semua orang senang dan mereka menyampaikan pesannya.”

Pada hari Minggu tanggal 4 Juli, staf di klinik tersebut mengatakan bahwa mereka sejauh ini telah membuat rekor di Northern Territory dengan jumlah vaksinasi tertinggi dalam sehari, yakni 453 orang yang telah menyingsingkan lengan baju mereka untuk menerima vaksin.

Para tetua adat memberi contoh

Menurut staf ini, tingginya penyerapan vaksin oleh masyarakat adalah hasil dari kerja para tetua adat yang tepercaya dan pemilik wilayah adat tradisional seperti Bapak Gunabarra yang menjangkau penduduk dalam bahasa asli mereka.

Manajer layanan kesehatan dan klinik masyarakat, Lesley Woolf mengatakan pesan yang konsisten untuk melindungi keluarga, orang tua, dan budaya dari COVID-19 telah ditunjukkan oleh para tetua Adat.

“Mereka dapat melihat bahwa pemilik wilayah tradisional dan tetua mereka yang kuat telah divaksinasi dan mengambil sikap untuk divaksin terlebih dahulu,” kata Woolf.

Gunabarra mengatakan ia mengobrol dengan orang-orang anggota masyarakatnya dalam permaian kartu malam rutin mereka, sebuah kegiatan sosial yang populer di Maningrida, sebagai metode yang berhasil untuk menyebarkan pesan.

“Pada hari Jumat sepulang kerja saya harus muncul di delapan permainan kartu – [ada] begitu banyak orang di permainan kartu ini – untuk memberi mereka pesan, ceritakan kisah [apa yang akan terjadi] jika itu (Covid-19) menghantam komunitas Maningrida.”

“Kami memiliki begitu banyak kelompok bahasa yang berbeda di sini [jadi pesannya adalah] kami akan kehilangan bahasa itu dan kehilangan orang tua kami.”

Manajer perawatan kesehatan primer Layanan Kesehatan Mala’la, Jessica Gatti, mengatakan jumlah orang yang memilih untuk vaksinasi kini mengejutkan para staf.

“Ini seperti semacam konser musik yang diadakan di luar, dengan orang-orang hanya mengantre di gerbang menunggu untuk masuk,” kata Gatti.

 “Minggu luar biasa!”

Di beberapa daerah terpencil di Australia, tingkat vaksinasi COVID-19 memang masih mengecewakan.

Di Northern Territory (NT), baru sekitar 32 persen penduduk terpencil telah menerima dosis vaksin pertama dan 13 persen telah divaksinasi penuh, menurut data Pemerintah NT.

“Saya mengantisipasi beberapa dari mereka yang sedikit cemas kali ini dan tidak datang untuk vaksin akan datang lain kali, karena orang-orang di komunitas sedang membicarakannya,” katanya.

Warga Indian Amerika bergerak cepat

Sementara di belahan benua lainnya, Amerika, warga Indian di Amerika Serikat bergerak lebih maju lagi.

Selama ini, berdasarkan laporan Indian Health Service (IHS), program kesehatan federal untuk masyarakat asli Indian Amerika dan Alaska, penduduk pribumi AS diketahui berpotensi resiko terinfeksi virus lebih dari 3,5 kali, dirawat inap lebih dari empat kali, dan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada orang kulit putih Amerika.

Data resmi mengungkapkan bahwa Navajo Nation, suku terbesar di AS, telah menjadi salah satu populasi yang paling terpukul akibat pandemi Covid 19. Navajo Nation merupakan salah satu bagian warga dengan tingkat infeksi COVID-19 per kapita tertinggi di negara itu pada Mei 2020, Navajo Times melaporkan.

Menjadi demikian terdampak secara tidak proporsional menyebabkan rasa urgensi terhadap vaksinasi di antara pendudik Indian Amerika dan penduduk asli Alaska, kata Francys Crevier, kepala eksekutif Dewan Nasional Kesehatan Urban Indian, mitra IHS.

Langkah IHS melalui pendidikan vaksinasi dan kampanye khusus untuk komunitas pribumi, yang beberapa di antaranya kesulitan mengakses vaksin virus corona, perlahan mulai menunjukkan keberhasilan awal.

Pada bulan Mei, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan di Twitter bahwa pelacak data COVID-19 sekarang menampilkan kemajuan vaksinasi AS berdasarkan ras dan etnis.

Pelacak, “Persen Orang yang Menerima Vaksin COVID-19 berdasarkan Ras/Etnisitas dan Tanggal Dilaporkan ke CDC, Amerika Serikat,” menunjukkan bahwa pada 6 Juli, Indian Amerika dan Penduduk Asli Alaska memiliki tingkat vaksinasi tertinggi di negara itu, dengan 45,5%  telah menerima setidaknya satu dosis dan 39,1% divaksinasi penuh. Angka inindiikuti oleh warga Asia (36,6%, 35%), kulit putih (33,7%, 32,2%), penduduk asli Hawaii/Pasifik (35,9% 31,3%), Hispanik/Latin (31,8%, 28,3%), dan warga kulit hitam (  25,8%, 23,2%).

Pada akhir Mei, tingkat vaksinasi Indian Amerika dan penduduk asli Alaska lebih tinggi daripada tingkat vaksinasi kulit putih di 28 negara bagian, termasuk New Mexico, Arizona, dan Alaska, di mana banyak orang Pribumi menerima perawatan dari pusat kesehatan suku dan IHS, demikian menurut laporan CT Mirror dari Connecticut News Project.

Bagi banyak orang, hal ini patut untuk dirayakan.(bersambung) 

Editor: Zely Ariane

Related posts

Leave a Reply