Papua No.1 News Portal | Jubi
Brussels, Jubi – Pejabat senior Uni Eropa mengatakan tidak memiliki pilihan kecuali berbicara dengan pemerintah baru Taliban Afghanistan. Uni Eropa akan mencoba berkoordinasi dengan anggota pemerintah untuk menyusun kehadiran diplomatik di Kabul. “Krisis Afghanistan belum berakhir,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell di hadapan Parlemen Eropa di Strasbourg, Selasa (14/9/2021) kemarin.
Ia mengatakan dialog itu untuk mendapat peluang mempengaruhi sejumlah peristiwa di Afghanistan. “Kami tidak memiliki pilihan lain selain terlibat dengan Taliban,” kata Josep menambahkan.
Para Menteri luar negeri telah menentukan syarat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan bantuan kemanusiaan dengan Taliban, yang menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, termasuk menghormati HAM, terutama hak kaum perempuan.
“Mungkin ini sebuah oksimoron murni untuk berbicara mengenai HAM, namun inilah yang harus kami tanyakan kepada mereka,” kata Josep menegaskan.
Baca juga : Pemimpin G7 janji bersatu untuk menentukan sikap terhadap Taliban
Negara tetangga Afghanistan dimohon membuka perbatasan, hindari krisis kemanusiaan
Puluhan negara sampaikan pernyataan untuk Afghanistan
Josep mengatakan kepada anggota dewan Uni Eropa bahwa blok tersebut harus siap menyaksikan kedatangan warga Afghanistan di Eropa jika Taliban mengizinkan mereka pergi. Meski dirinya mengaku tidak mengharapkan arus migran yang tinggi seperti 2015 yang disebabkan oleh perang saudara Suriah.
Tercatat komisi Eropa berencana mengamankan pendanaan dari pemerintah Uni Eropa dan anggaran bersama 300 juta euro atau sekitar Rp5,04 triliun baik untuk tahun ini maupun tahun depan guna membuka jalan pemukiman kembali bagi sekitar 30 ribu warga Afghanistan. (*)
Editor : Edi Faisol