Papua No. 1 News Portal | Jubi
Beberapa lembaga terus membantu pemulihan trauma (trauma healing) anak-anak Wamena dan sekitarnya yang terdampak kerusuhan 23 September 2019. Mereka mengadakan kegiatan di sekolah dan lokasi penampungan pengungsi.
Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) Kabupaten Jayapura salah satunya. Lembaga ini membantu penanganan pemulihan trauma anak-anak pengungsi asal Wamena yang masih ditampung di Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura, Kota Jayapura.
“Kalau ada respons bencana, kita WVI hadir untuk memberikan ruang ramah anak di tempat-tempat pengungsian atau di posko pengungsian,” kata Koordinator WVI Kabupaten Jayapura, Wangsit Panglikur, di Jayapura, Kamis, 10 Oktober 2019.
Terapi, katanya, dilakukan agar anak-anak yang mengalami trauma karena bencana tidak kehilangan pilihan atau masa depannya.
“Kami menghadirkan buku dan menyiapkan tempat bagi anak-anak sehingga anak-anak bisa membaca buku,” ujarnya.
Selain membaca, kata dia, anak-anak yang bisa menggambar tetap menggambar dan belajar mewarnai pun bisa.
Pihaknya berupaya menghadirkan buku-buku bacaan buat anak-anak dengan mobil perpustakaan keliling.
Dengan begitu, menghadirkan kembali keceriaan anak-anak pengungsi walaupun dalam situasi bencana. Mobil perpustakaan keliling itu juga akan ada hingga tidak ada lagi pengungsi di Tongkonan.
Ia menambahkan terkadang anak-anak kurang diperhatikan, karena pihak terkait lebih banyak memperhatikan orang dewasa. Karena itu WVI lebih fokus mengajar anak-anak pengungsi.
Lembaga lain yang mengadakan pemulihan trauma adalah Polisi Daerah (Polda) Provinsi Papua. Tim trauma healing Polda Papua memberikan pemulihan trauma kepada murid SD Yapis Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Kepala Bidang Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal, di Kota Jayapura, Kamis, 10 Oktober 2019 malam mengatakan pemulihan trauma tersebut untuk mendukung kesehatan mental dan psiko 165 pelajar di sekolah yang terletak di Jalan SD Percobaan Wamena, Kabupaten Jayawijaya tersebut.
Ia menjelaskan kegiatan tersebut dipimpin Kepala Unit 1 Subdit 4 Ditreskrimum Polda Papua AKP Mince Mayor, didampingi AKP Saidah Hobrow, KBO Sat Binmas Polres Jayawijaya Ipda Agustian I, Ipda Try Abryansyah M.Psi, Ipda Ivone AR, dan disaksikan Kepala SD Yapis Wamena Samsul Muarif bersama 19 guru.
Menurut Akmal, usai melaksanakan kordinasi dengan guru dan doa pagi bersama, tim pemulihan trauma Polda Papua tersebut langsung berbagi keceriaan kepada murid-murid di halaman sekolah dengan permainan dan bernyanyi bersama.
“Dengan gerakan sambil membuat lingkaran yang dipimpin oleh Akp Mince Mayor, kemudian kegiatan dilanjutkan pada sesi pembagian kelas menjadi 6 kelompok pemain untuk melatih konsentrasi dalam game,” katanya.
Setelah kegiatan bermain atau game bersama selesai, kata dia, dilanjutkan dengan pembagian alat-alat tulis untuk anak-anak.
“Anak-anak juga diberikan atau dibagikan alat tulis agar nanti bisa digunakan saat belajar-mengajar,” kata Kamal.
Kepala SD Yapis Wamena, Samsul Muarif, menyampaikan terima kasih atas bantuan yang diberikan Tim Polda Papua untuk membantu memulihkan kembali mental dan psikologi anak-anak di SD Yapis Wamena.
“Besar harapan kegiatan dukungan kesehatan mental dan psiko ini bisa terus supaya bisa menghilangkan rasa trauma yang dialami anak-anak, semoga dengan berlangsungnya kegiatan ini anak-anak bisa melupakan kesedihan yang mereka rasakan selama ini,” katanya.
Sebelumnya, tim pemulihan trauma dari Polda Papua juga melaksanakan hal yang sama kepada guru-guru dan pelajar di SD Harapan Baliem I yang terletak di Jalan JB Wenas, Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Sementara itu, Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua memberikan surat pengantar jaminan kelanjutan sekolah bagi anak-anak pengungsi Wamena, Kabupaten Jayawijaya yang ditampung di Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura untuk melanjutkan sekolah di daerahnya masing-masing.
Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua, Yulius Palulungan, di Jayapura, Kamis, 10 Oktober 2019, mengatakan anak pengungsi yang bersekolah sudah diberikan surat pengantar untuk melanjutkan sekolah di daerahnya masing-masing di Toraja.
“Saya sudah menyampaikan kepada bupati maupun wakil bupati Toraja Utara dan Tanah Toraja bahwa anak-anak kami tolong dilayani untuk melanjutkan sekolah,” ujarnya.
Dari komunikasi yang dibangun, kata dia, pimpinan dua daerah yakni bupati dan wakil bupati Toraja Utara dan Tanah Toraja siap menjamin kelanjutan anak-anak yang sudah bersekolah untuk melanjutkan pendidikannya.
“Pimpinan dua daerah itu sudah menginstruksikan semua sekolah untuk menerima anak-anak pengungsi untuk sekolah di daerahnya masing-masing,” ujarnya.
Anak-anak pengungsi di dua kabupaten tersebut sudah siap untuk melanjutkan sekolah, baik tingkat SD, maupun SMP dan SMA/SMK.
“Jadi pendidikan anak-anak tidak bermasalah, kami sudah buat surat keterangan, itu saja yang dibawa ke sekolah lalu ditunjuk, langsung diterima dan melanjutkan sekolahnya,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi