Transportasi udara sumbang inflasi tertinggi di Manokwari

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Manokwari, Jubi – Kenaikan harga tiket transportasi udara menjadi penyumbang inflasi tertinggi di wilayah Kabupaten Manokwari, Papua Barat, pada Desember 2018.

Berdasarkan berita resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat, Rabu (2/1/2019), Manokwari pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 1,37 persen. Daerah tersebut menduduki peringkat ketujuh nasional daerah dengan inflasi tertinggi.

"Transportasi udara memiliki andil 1,5 persen dalam pembentukan inflasi bulan Desember 2018. Disusul ikan kakap merah, sayur kangkung, beras, dan beberapa komoditas lainya," kata Fungsional Seksi Statistik BPS Papua Barat, Yoga Gumbira.

Berbeda dengan Manokwari, kata Yoga, Kota Sorong pada bulan lalu mengalami deflasi -0,15 persen. Deflasi di Kota Sorong didorong oleh penurunan cukup signifikan pada kelompok makanan yakni sebesar 1,13 persen.

Komoditas ikan memiliki andil paling besar dalam pembentukan deflasi. Harga ikan yang pernah mengalami kenaikan pada November 2018, turun cukup signifikan pada Desember.

"Di Sorong transportasi udara juga mengalami inflasi namun tidak setinggi Manokwari. Penurunan harga pada kelompok bahan makanan sangat tinggi sehingga secara akumulatif bisa menutupi inflasi pada transportasi udara," kata Yoga.

Untuk Papua Barat secara umum juga mengalami inflasi pada Desember 2018 yakni 0,22 persen. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberi andil cukup besar yakni 3,01 persen.

"Terjadi kenaikan indeks dari 129,82 pada bulan November 2018 menjadi 133,73 pada bulan Desember 2018, dan yang paling terasa ada kenaikan pada tiket transportasi udara," ujarnya.

Dibandingkan tahun 2017, inflasi Papua Barat pada akhir tahun 2018 sebesar 5,21 persen. Dari 18 daerah wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, dan Papua Barat, inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura mencapai 1,62 persen dan inflasi terendah terjadi di Watampone sebesar 0,21 persen.

Deflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar -0,15 persen dan inflasi terendah Kota Kendari -0,09 persen.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat inflasi tahunan Kota Jayapura pada 2018 mencapai 6,70 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 131,75 menjadi 140,58 persen pada Desember 2018.

"Secara umum, selama kurun 12 bulan, Kota Jayapura mengalami sembilan kali inflasi dan tiga kali deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada Maret 2018 yang mencapai 2,10 persen," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Papua, Bambang Wahyu Ponco Aji, di Jayapura, Rabu (2/1/2019).

Ia menjelaskan andil masing-masing kelompok terhadap inflasi Kota Jayapura yaitu kelompok bahan makanan 2,89 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,55 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,71 persen.

Kelompok sandang 0,04 persen, kelompok kesehatan 0,13 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,04 persen, dan kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan 2,19 persen.

Bambang menyebutkan pada periode tersebut tarif angkutan udara menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di Kota Jayapura, yaitu sebesar 1,64 persen.

"Komoditas lain yang menjadi pendorong terjadinya inflasi di Jayapura antara lain ikan ekor kuning 1,15 persen, ikan cakalang 0,75 persen, tarif tukang bukan mandor 0,39 persen, tarif daging ayam ras 0,33 persen, cabai rawit 0,24 persen, akademi/perguruan tinggi 0,18 persen dan lain-lain," katanya. (*)

Related posts

Leave a Reply