Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi — Ratusan mahasiswa dan calon mahasiswa terlihat ramai di halaman Kantor Bupati Nabire, Provinsi Papua sejak Jumat, 17 Juli 2020.
Ketika Jubi menghampiri mereka pada Kamis, 23 Juli 2020, ternyata mereka sedang mengurus administrasi untuk mendapatkan tiket pesawat ke luar daerah, yaitu ko lokasi kampus untuk mengikuti tes masuk peguruan tinggi atau kota studi tempat mereka kuliah.
Ternyata mereka tidak hanya dari Nabire, melainkan mahasiswa dan calon mahasiswa di Wilayah Adat Meepago, Papua. Ada lima kabupaten di wilayah tersebut, Kabupaten Nabire, Dogiyai, Deyai, Paniai, dan Intan Jaya.
Sejak Provinsi Papua melakukan pembatasan penerbangan akibat Covid-19, masyarakat tidak bisa bepergian keluar Nabire.
Ketika Juli ini tahun ajaran baru dimulai, lulusan SMA yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi ke luar daerah dan mahasiswa yang sedang di kampung ingin kembali ke kota studi menjadi terhalang.
Agar kelanjutan studi generasi muda Meepago tersebut tidak terhalang, Asosiasi Bupati Meepago sepakat melayani khusus keperluan mereka kembali ke kota studi.
Asosiasi menugaskan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Bidang Informasi dan Publikasi mendata mahasiswa. Hingga Kamis, 23 Juli 2020 sudah terdata lebih 1.000 mahasiswa dan calon mahasiswa.
Melfin Agrefitorate, 18 tahun, salah seorang yang akan mendaftar keberangkatan ke luar Papua. Ia baru lulus SMA dan ingin kuliah di luar Papua.
“Saya ingin mendaftar ke Fakultas Ekonomi salah satu perguruan tinggi di Makassar, jadi saya ingin ke sana dan memasukkan persyaratan untuk berangkat dulu di sini,” ujarnya kepada Jubi, Kamis, 23 Juli 2020.
Melfin berterima kasih kepada pemkab yang membantu calon mahasiswa, meski hanya transportasi gratis Nabire-Jayapura.
“Asalkan masih ada jalan untuk tiba di Makassar, jika tidak ada sama sekali transportasi saya tetap berupaya hingga tiba di Makassar walaupun sampai tahun depan,” ujarnya.
Ia senang pemkab memberi jalan keluar meski Nabire masih “lockdown”.
“Ini sangat membantu mahasiswa untuk keluar Papua guna melanjutkan pendidikan, nanti saya beli tiket sendiri ke Makassar,” katanya.
Luther Deba, 23 tahun, mahasiswa salah satu universitas di Semarang, Jawa Tengah juga ingin kembali ke kota studi. Ia ke Nabire dari Semarang pada Maret 2020 untuk perawatan kesehatan, yaitu melepaskan pen di bagan tubuhnya karena kecelakaan.
Sejak itu ia tertahan di Nabire. Namun masih bisa kuliah dengan sistem online. Ia juga mahasiswa semester akhir yang tak banyak lagi mengerjakan tugas.
“Saya sudah mendaftar untuk kembali ke Semarang, tapi belum melengkapi persyaratan, jadi baru mau masukan dan tinggal tunggu nama keluar,” kata Deba Kamis, 23 Juli 2020.
Ia sangat senang jika pemkab membantu transportasi ke Jayapura dan mencari sendiri trasportasi ke Semarang. Ia perlu ke kampus karena ada beberapa tugas akhir yang perlu dikonsultasikannya dengan dosen.
“Saya berterima kasih (difasilitasi pemkab-red), yang penting sampai di Jayapura, selanjutnya saya cari tiket ke Semarang, intinya sampai di Jayapura dulu,” ujarnya.
Yulita Pekei, mahasiswa Semester 6 Politektik Jayapura juga ikut mendaftar untuk mendapatkan transportasi ke Jayapura. Sebelum transportasi dihentikan akibat Covid-19 ia di Nabire melakukan penelitian.
Selama di Nabire ia mengikuti kuliah online yang diselenggarakan kampusnya meski ada hambatan jaringan internet yang kurang stabil. Dampaknya, setiap online Pekei membutuhkan biaya cukup besar untuk membeli paket data atau ke warnet.
Ia ingin kembali ke Jayapura untuk mengikuti kuliah dan beberapa kegiatan kampus, namun transportasi belum ada.
Ia juga mengaku sering diomeli pihak kampus agar segera kembali ke Jayapura. Seharusnya ia sudah di Jayapura pada 18 Juli 2020 karena akan ujian skripsi pada 25 Juli 2020. Namun karena tidak ada transportasi ia dan pihak kampus tidak bisa berbuat apa-apa.
“Kebetulan ada informasi di Instagram ada transportasi yang disediakan pemerintah daerah wilayah Meepago,” ujarnya.
Ia ke Kantor Bupati Nabire untuk memasukan persyaratan yang diminta berupa KTP, kartu mahasiswa, kartu keluarga, dan nomor ponsel.
“Kebijakan ini bagus, tapi kalau bisa diutamakan untuk mahasiswa yang sudah mau sidang dulu,” katanya.
Anggota Bidang Informasi dan Publikasi Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yermias Degei mengatakan Asosoasi Bupati Meepago sepakat memfasilitasi mahasiswa dan pelajar untuk kembali ke kota studi masing-masing melalui Jayapura dengan transportasi udara dan laut.
Transportasi udara dikhususkan untuk mereka yang mengikuti sekolah kedinasan dan yang akan melanjutkan perkuliahan yang mendesak di kota studi.
Sedangkan trasportasi laut dikhususkan buat mahasiswa yang baru mendaftar kuliah dan mahasiswa lama yang hendak kembali namun tidak mendesak.
Degei mengatakan Asosiasi Bupati Meepago hanya membantu biaya transportasi Nabire – Jayapura. Trasportasi elanjutnya tanggung jawab mahasiswa masing-masing.
“Sebab dari Jayapura untuk ke kota lain transportasi sudah dibuka,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan adalah surat keterangan lulus Perguruan Tinggi bagi mahasiswa baru dan bukti lulus, surat kedinasan, KTP, dan kartu pelajar atau kartu mahasiswa.
Jadwal penerbangan sedang dikoordinasikan dengan Trigana Air dan jalur laut dengan Dinas Perhubungan Nabire.
“Intinya dalam waktu dekat mereka diberangkatkan,” ujar Degei yang juga kepala Bagian Humas Pemkab Nabire. (*)
Editor: Syofiardi