Tokoh pers Aristides Katoppo meninggal dunia

Papua, duka kematian
ilustrasi duka kematian, pixabay.com
duka kematian, pixabay.com

Tercatat Aristides Katoppo wartawan senior dan salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Jakarta, Jubi – Tokoh pers Aristides Katoppo dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo, pada Minggu, (29/92019) siang. Kabar tersebut disampaikan aktivis Fadjroel Rachman dalam akun resmi Twitternya @fadjroeL.

“Telah berpeluang ke rumah Bapa di surga wartawan senior Sinar Harapan Aristides Katoppo pada Minggu (29/9) pukul 12.05 WIB,” kata Fadjroel dalam Twitt-nya.

Berdasarkan informasi, Aristides meninggal di RS Abdi Waluyo pada Minggu siang. Jenazah tokoh pers nasional tersebut akan disemayamkan di rumah duka di daerah Ragunan, Jakarta Selatan.

Tercatat Aristides Katoppo wartawan senior dan salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Kabar berpulangnya mantan wartawan senior Sinar Harapan itu dikonfirmasi oleh cuitan yang dikeluarkan oleh AJI Jakarta (@AJI_JAKARTA) di Twitter yang menuliskan, “Turut berduka cita atas meninggalnya Aristides Katoppo, jurnalis dan salah satu pendiri AJI. Semangatmu untuk berani memberitakan kebenaran akan selalu menjadi semangat AJI.

Aristides Katoppo menjadi wartawan pada 1957 dan merupakan salah satu tokoh media Sinar Harapan, yang sempat dilarang beredar pada 1986. Dia kemudian mendirikan Suara Pembaruan dan bersama dengan Presiden RI ketiga Abdurahman Wahid mendirikan Forum Demokrasi.

Pria kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara pada 14 Maret 1938 itu meninggalkan kesan mendalam terhadap beberapa koleganya.

Redaktur Pelaksana Kantor Berita Antara , Sapto Heru Purnomojoyo, mengatakan dia adalah wartawan lingkungan yang selalu tidak pernah kehabisan semangat membahas dan memperkenalkan isu lingkungan, mulai dari zaman dulu saat isu itu belum sehangat sekarang hingga saat ini ketika masalah lingkungan menjadi fokus.

Sapto menyebut pernah tidak terencana menemani pria yang akrab disapa Tides itu berjalan kaki di tengah kebun sawit di Sumatera Utara selama sekitar satu setengah jam.

“Saat itu dipenuhi cerita Pak Tides tentang gajah liar, tentang isu lingkungan yang sebelumnya seperti masalah abstrak dan mesti pintar meramu agar pembaca mengerti, hingga meyakinkan kalangan pemerintahan bahwa isu lingkungan juga masalah yang penting,” ujar Sapto.

Kesan Aristides Katoppo sebagai visioner ditegaskan oleh mantan koleganya di Sinar Harapan, Kristanto Hartadi yang menyebut seorang yang berani melawan arus bahkan bila perlu berjalan sendiri.

“Kita kehilangan salah satu tokoh yang pernah mewarnai dunia pers Indonesia dan sejarah Republik Indonesia,” ungkap mantan dewan redaksi Sinar Harapan itu, yang menjadi kolega Aristides Katoppo pada 2001 sampai 2010. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply