Tiket meroket karena festival dan PON

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

TANAH PAPUA memiliki keindahan alam serta kekayaan tradisi dan budaya yang unik. Kesenian Papua seperti tari-tarian sering ditampilkan di luar daerah. Belum lagi kerajinan khas. Semua ini menimbulkan keinginan wisatawan untuk datang ke Papua.

Untuk memperkenalakan semua itu, pemerintah daerah juga menggelar sejumlah festival. Festival-festival tersebut menyedot perhatian dan mendongkrak kunjungan wisata.

Tapi keingintahuan wisatawan, baik lokal maupun luar negeri terhadap festival budaya yang hanya digelar satu kali setahunnya berimbas terhadap mahalnya tiket pesawat ke Papua dari berbagai wilayah yang ada di Indonesia.

Hal ini terjadi karena kebanyakan pada 2018 ini festival digelar pada Agustus. Dimulai dengan Festival Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, kemudian disusul sejumlah festival di Kota Jayapura, seperti Festival Kopi, Festival Budaya Teluk Humbold, Festival Skouwborder yang bersamaan dengan Festival Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya.

Mahalnya tiket ini tentu saja juga berdampak ke semua konsumen yang tidak terkait dengan festival. Suyono, pemangkas rambut di Kota Jayapura misalnya. Ia mengaku tidak mengerti kenapa tiket mahal sehingga harus menahan balik ke Jayapura karena tiket yang biasanya Rp 2 jutaan menjadi Rp 3,4 juta dari Surabaya ke Jayapura.

“Saya terus pantau di salah satu penyedia tiket online seperti Traveloka sebab harga yang ditawarkan masih tinggi setelah liburan Idulfitri lalu, karena itu saya menahan diri hingga akhir Juli dengan Rp 3,4 juta ke Jayapura,” ujarnya.

Ia tidak paham kenapa harga tiket tetap mahal setelah Idulfitri hingga akhir Juli 2018.

“Mungkin banyak yang ke Jayapura sehingga tiket mahal nggak ketulungan,” ujarnya.

Monos, warga Entrop juga mengaku mendapatkan tiket yang lumayan mahal ketika membeli Agustus 2018.

“Ya, padahal harga sudah dicari di penyedia tiket online, tapi percuma juga, mahal sehingga mau nggak mau tetap beli karena saya bekerja di sini (Jayapura), saya cuma ingin melihat anak dan istri di kampung, itu pun nunggu selama dua bulan sejak liburan Idulfitri lalu karena mahalnya tiket,” ujarnya

Jubi mengkonfirmasi kedua maskapai yang melayani rute ke Jayapura, Garuda Indonesia dan Sriwijaya Group. Mereka menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi mahalnya tiket ke Jayapura.

Manager Sales dan Service PT Garuda Indonesia, Kantor Cabang Jayapura, Raditya Prastanika, mengatakan naiknya harga tiket karena kenaikan jumlah penumpang menuju Jayapura dari Jawa dan daerah lain.

Menurutnya supply (penawaran) mengikuti demand (permintaan), sehingga harga yang naik dipengaruhi oleh jumlah peminat. Padahal Garuda Indonesia memberikan harga tiket  dari kelas promo sampai kelas normal.

“Salah satu alasan jumlah penumpang meningkat ada beberapa event di Jayapura dan Papua, penyebab lain Papua sebagai host PON 2020, sehingga banyak tim dari pusat mengecek kesiapan venue dan berkoordinasi,” ujarnya.

Ia mengatakan Garuda Indonesia telah membawa grup wisatawan dari Belanda ke Jayapura untuk menikmati event di Papua, termasuk Festival Humboldt dan Festival Lembah Baliem di Wamena.

“Dari Garuda Indonesia kita per harinya sediakan seat 1.000 hingga 1.200 ke Papua dan memang untuk ke Papua penuh,” katanya.

Radit berharap agar calon penumpang lebih menjadwalkan jauh hari sebelum bepergian, sehingga akan mempermudah perjalanan.

Manager Area Sriwijaya Grup, Ronel Sangkey, mengakui tiket pesawat sekarang mengandung subclass, yaitu memberikan harga tiket mulai yang mahal hingga paling murah yang berkaitan dengan supply dan demand.

“Di mana ke Jayapura mahal, tetapi ke luar Papua murah banget di hari yang sama,” ujarnya.

Ronel mengakui mahalnya tiket akibat beberapa hal, salah satunya festival budaya yang beruntun dan banyak kegiatan dari luar daerah ke Papua.

“Skedul mereka hampir bersamaan, di minggu pertama Agustus event banyak, tak hanya urusan bisnis akan tetapi juga urusan dinas,” tambahnya.

Ronel berharap agar para customer lebih menjadwalkan kepergian menggunakan pesawat sehingga mendapatkan nilai tiket yang diinginkan secara baik.

Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Papua, Supriyono, dan Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Yulianus Gombo, ketika dikonfirmasi Jubi menolak jika dikatakan kenaikan harga tiket akibat banyaknya festival.

Menurut mereka, naiknya tiket karena permainan dari calo tiket, sebab harga pada agen khususnya di Festival Lembah Baliem sama.

“Tidak terpengaruh dengan festival, pesawat terbatas dan tidak terlalu biasanya Desember dan Juli karena liburan, tetapi di agen-agen tetap harga biasa normal,” ujar Supriono melalui telepon selularnya.

Ia melanjutkan, sesuai penjadwalan yang ada pada Agustus 2018 dari kabupaten dan kota setempat ada empat festival yang dimulai Festival Budaya Keerom 2-4 Agustus 2018, Festival Teluk Humbodt 5-7 Agustus, serta Festival Budaya Lembah Baliem di Wamena berbarengan dengan Festival Crossboder Skouw pada 7-9 Agustus.

“Hingga akhir Juli untuk Festival Lembah baliem para wistawan dari luar negeri semua sudah seattle dengan jadwal sehingga tidak ada masalah, tetapi bagi wisatawan nusantara ini menjadi sedikit masalah karena datang begitu saja tanpa ada persiapan, sehingga perjalanannya sedikit tertunda dan mengeluh adanya tiket mahal,” ujarnya.

Ia menampik adanya keluhan dari wisatawan tersebut karena mereka ada persiapan tersendiri atau sudah mem-budget pengeluarannya.

Penjabat Gubernur Papua, Soedarmo, berharap pada 2019 akan ada festival-festival budaya di seluruh Papua yang terintegrasi.

Hal ini dimaksudkan, untuk lebih menarik wisatawan asing maupun lokal, sehingga sekali berkunjung wisatawan tidak hanya hitungan hari di Papua, tetapi bisa beberapa minggu. (*)

Related posts

Leave a Reply