Tiga orang yang terlupakan dalam kasus sakitnya anak Puti Hatil (Bagian III)

Papua No. 1 News Portal | Jubi,

Oleh : Pendeta Trevor Johnson

……Ketiga dan orang terakhir yang terlupakan yang saya ingin tulis dalam peristiwa sakit dan penyembuhan Puti Hatil, yaitu bayi Kana yang juga berasal dari Afimabul. Hari di mana penginjil Dakinus membawa Daniel dan Puti ke Danowage, Bayi Kana juga dibawa mereka dalam rombongan mereka. Dia juga dibawa ke Danowage bersama dengan Puti Hatil tetapi dia tidak sembuh  

Minggu lalu, Puti diterbangkan kembali ke kampungnya melalui helicopter. Jahitan pipinya sudah tertutup dan lukanya kembali menjadi bersih, kering dan sehat. Dia kembali ke wilayah Korowai karena sudah sembuh dan tidak terdapat penyakit lagi. Dia adalah cerita yang sukses. Tetapi Bayi Kana juga sedang tidak mengalami penyakit apapun lagi. Dia sudah lama tidak memiliki penyakit apapun. Bukannya kembali ke kampungnya dengan terbang bersama helikopter, bayi Kana telah kembali ke tanah. Dia sekarang sudah meninggal sejak 6 minggu lalu.

Banyak orang yang tidak tahu bahwa anak kecil ini juga dibawa ke Danowage dari Afimabul bersama-sama dengan rombongan Puti Hatil. Saat Puti mendapatkan perhatian di ruang VIP rumah sakit Dian Harapan dan donasi berjuta-juta datang untuk Puti serta orang banyak berkunjung memberikan perhatian, bayi Kana sudah membusuk di tanah, dikuburkan dengan peti kayu yang sangat sederhana yang terbuat dari papan jelek. Bayi Kana adalah salah satu gambaran dari kondisi buruknya pelayanan kesehatan di wilayah ini.

Kami sangat ingin sekali menolongnya. Sayangnya dia sudah meninggal pada malam itu. Ternyata dia sudah sakit selama hampir sebulan dan saat tiba di Danowage kondisinya sudah hampir sekarat. Kemungkinan juga karena perjalanan yang terlalu panjang untuk menuju ke Danowage. Kami tidak memiliki kesempatan untuk sungguh-sungguh melakukan pengobatan dan menerbangkan dia keluar seperti Puti Hatil.

Saya biasanya menulis dengan detil setiap orang yang sudah meninggal di kampung ini dan mengambil foto mereka untuk saya dokumentasikan. Tetapi saya tidak dapat melakukan ini kepada bayi Kana. Saya hanya ingin melupakannya karena hal ini sangat menyayat hati saya. Dia berbaring sangat damai seperti boneka yang kecil. Dia tidak lagi merasa sakit, hanya sebuah tidur yang damai, dadanya tidak lagi naik dan turun dengan nafas karena dia sudah sangat damai.

Saya sesungguhnya ingin sekali melupakan bayi Kana. Saya tidak dapat tidur ketika saya hendak memikirkannya lagi. Saya terus terbayang dengan wajah kecilnya yang begitu damai dan bentuk mulut kecilnya yang tidak lagi bernapas. Saya sungguh mencoba melupakannya. Saya mencucurkan air mata untuknya tetapi saya menahan dan menekan kesedihan saya dan mencoba kesibukan lain sehingga saya dapat memperpendek masa duka ini.

Penginjil-penginjil menguburkan bayi Kana tanpa kehadiran saya. Saya memakai banyak alasan untuk tidak hadir dalam acara pemakaman bayi Kana karena saya tidak mampu melihat proses pemakamannya. Saya juga tidak sanggup melihat tangisan ibu dari bayi Kana karena saya sudah merasa gagal untuk menyelamatkan anaknya. Setiap kali saya melihat ibunya saya terus merasa bersalah.

Baca Tiga orang yang terlupakan dalam kasus sakitnya anak Puti Hatil (Bagian I)

Tetapi bayi Kana hanyalah bagian besar dari cerita seperti Puti. Puti diselamatnya tetapi Kana tidak.

Mahasiswa-mahasiswa Papua sudah tergerak hati untuk menolong mengumpulkan uang untuk Puti. Berdiri di pinggir-pinggir jalan untuk mencari sumbangan demi menolong Korowai. Seorang aktivis Soleman Itlay meringkasnya begini, dia berpikir bahwa Puti adalah “malaikat dari surga” dan seperti halnya malaikat yang merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk menyampaikan berkat ke dunia kepada orang-orang baik. Saya sangat setuju bahwa malaikat kecil Puti sekiranya memberkati seluruh wilayah Korowai. Wajahnya yang ditandai dengan lubang yang mengerikan itu ternyata membangunkan banyak orang mengenai kebutuhan kesehatan wilayah ini. Tuhan sudah sedang memakai kasus Puti untuk memberkati seluruh wilayah Korowai. Beberapa mahasiswa Papua sesungguhnya memilih menyamakan Puti seperti Yesus Kristus. Saya bingung mendengar itu dan tidak mengerti tetapi sekarang saya percaya itu juga benar. Yesus menyerahkan dirinya sehingga banyak orang dapat diselamatkan. Melalui pencobaan Yesus Kristus dan penderitaannya, Allah melimpahkan berkat-berkat ke dalam dunia. Melalui penderitaan Puti, seluruh wilayah Korowai terlihat mengalami berkat mendapat pelayanan kesehatan.

Sebagai ganti rugi dari bekas luka di pipinya seumur hidup, wajah puti di berbagai gambar-gambar di koran dan Facebook telah membawa pertolongan kepada masyarakat Korowai. Dia menjadi simbol pergerakan untuk mengumpulkan bantuan dan dukungan. Karena kesakitannya Puti, banyak anak-anak Korowai tidak akan perlu mengalami sakit-penyakit atau kematian.

Sesudah menunggu sangat lama datangnya pertolongan, sekarang kami mengalami kebanjiran pertolongan. Saya hanya memuji gereja-gereja, para mahasiswa dan kantor pemerintahan, dan masyarkat  yang sudah menolong dengan cepat. Siloam Hospital sedang mengirim dua perawatnya ke wilayah ini, pemerintah sudah mengirim dokter Yuvina Gobai, perawat Herman dan bidan Lian di wilayah ini dan mereka sudah memberkati masyarakat Korowai dengan kepedulian mereka yang sangat besar dan masih ada janji lagi dari pemerintah untuk menambah tenaga lagi. Gubernur Lukas Enembe sangat cepat berespon dan turun ke Danowage dan berjanji akan mengirimkan lebih banyak pertolongan kepada mereka, menunjukkan hatinya yang begitu besar bagi orang-orang di pedalaman Papua. Hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa kunjungan pemerintah bukan hanya sekedar mengambil foto atau pencitraan politik tetapi sungguh hati gubernur sangat cinta kepada masyarakatnya.

Banyak orang baik sekarang terlibat dan bekerja sama dari kedua gereja dan pemerintahan untuk menolong orang Korowai.

Seperti dalam kitab Perjanjian Lama Yusuf mengorbankan dirinya ke dalam pencobaan yang berbahaya agar supaya menyelamatkan saudara laki-lakinya dan keluarganya serta berkata engkau mereka-rekakan yang jahat untukku, tetapi Tuhan merekakan untuk kebaikan untuk menyelamatkan bangsanya. Tuhan menggunakan media untuk mengekspos penderitaan Puti Hatil untuk memberikan pertolongan jangka panjang kepada seluruh orang Korowai. Tuhan memakai penderitaan Puti Hatil untuk menolong keluarganya dan orang Korowai lainnya.

Terkadang saya takut jika saya tidak dapat menjadi kasus Puti Hatil yang merepresentasikan pertolongan yang berdatangan di wilayah Korowai (seorang bayi yang sangat lemah yang sudah ditolong, disembuhkan dan kembali dengan sukses dari kota). Kadang saya kuatir jika orang-orang akan segera melupakan ujian orang Korowai. Saya berharap kasus Puti Hatil akan menjadi lambang pertolongan orang Korowai, tetapi saya takut bahwa Bayi Kana akan lebih pantas menjadi lambang keadaan orang Korowai – satu anak yang sakit yang meninggal tanpa bantuan dan akan terlupakan. Karena itu saya ingin melestarikan memori dia lewat artikel ini.

Kita memiliki dua pilihan masa depan untuk masyarakat Korowai. Siapakah yang akan lebih baik dalam mempresentasikan takdir orang Korowai, Puti Hatil dan penyelamatannya, atau bayi Kana dan kematiannya?

Baca Tiga orang yang terlupakan dalam kasus sakitnya anak Puti Hatil (Bagian II)

Kasus bayi Kana masih lebih mewakili nasib yang menyedihnya dari orang-orang di pedalaman Papua secara umum. Di seluruh wilayah Korowai menderita banyak kesakitan dan sudah tidak dilayani dengan baik oleh pemerintah bahkan sampai saat ini. Selama bulan Oktober saja sudah ada lebih dari 12 orang meninggal. Pada kasus yang sama saat Puti sedang mendapatkan pemulihan terdapat kerusuhan dan masalah di Freeport. Ini adalah kebenaran yang menyedihkan: jika satu orang ditembak di Freeport atau jika ada demonstrasi tunggal, kemudian media akan menjadi heboh. Kejadian ini akan berada pada semua headlines berita. Tetapi seratus orang Papua yang diam-diam sekarat di tengah hutan setiap hari, setiap minggu mereka mati dalam jumlah yang lebih besar, dan jauh dari sorotan media. Setiap bulan jumlah kematian mereka lebih tinggi. Ini adalah tragedi yang nyata di Papua. Sementara 90% dari media fokus kepada politik di kota-kota, orang-orang di pedalaman Papua tidur dengan rasa lapar dan banyak yang mati karena itu. Ada banyak Puti Hatil-Puti Hatil lainnya di wilayah ini. Bahkan lebih menyedihkan lagi, banyak bayi-bayi Kana lainnya.

Diantara tahun 2009 dan 2015, penembakan dalam wilayah proyek Freeport membunuh 20 orang dan terluka 59. Pada waktu yang sama sakit penyakit sudah membunuh lebih banyak orang Korowai di mana saya melayani. Saya berdoa dan berharap tahun ini adalah tahun terakhir di mana tangisan mereka tidak didengar.

I Yohanes 3:16, 18:

"Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” 

Barangsiapa mempunyai harta di dunia ini dan melihat saudaranya menderita kekurangan, tetapi menutup pintu hatinya terhadap mereka, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?

“Anak-anakku! Janganlah kita mengasihi hanya di mulut atau hanya dengan perkataan saja. Hendaklah kita mengasihi dengan kasih yang sejati, yang dibuktikan dengan perbuatan” (*)

Related posts

Leave a Reply