Festival yang digelar tersebut semakin memperkuat posisi Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Bintan, Jubi – Festival Sastra Internasional Gunung Bintan tahun 2019 diikuti tiga negara serumpun Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Festival yang digelar tersebut semakin memperkuat posisi Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu.
“Kepri tidak hanya dikenal dengan budaya Melayu dan sejarah kerajaannya saja. Tapi juga memiliki jejak warisan sejarah di bidang sastra yang telah mendunia, yakni Gurindam XII karya Raja Ali Haji,” kata Pelaksana tugas Gubernur Kepri, Isdianto, Selasa, (29/10/2019).
Baca juga : Festival Cycloop II digelar
Suku Kapuas Hulu dilibatkan dalam festival danau Sentarum Ratusan wisatawan siap hadiri festival bahari Raja Ampat
Hal itu yang menjadi konsen Pemprov Kepulauan Riau agar daerahnya semakin dikenal sebagai kawasan dengan beragam sektor unggulan. “Sastra dan pariwisata menjadi andalan bila dipadukan dengan baik,” kata Isdianto menambahkan.
Isdianto berharap Festival Sastra Internasional Gunung Bintan tahun 2019 dapat memperluas wawasan serta mengasah kemampuan dalam menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Apa lagi dihadiri ratusan penyair dengan karyanya, khususnya juga para penyair dari negeri serumpun Malaysia dan Singapura.
Ia berpesan agar tamu undangan yang berasal dari luar Kepri, ikut menjelajah wisata yang ada. Termasuk wisata alam, religi, sejarah, budaya, serta kuliner yang bisa dikunjungi dan dinikmati.
“Semoga ajang ini juga dapat mepererat tali silaturahmi antar negeri serumpun serta meninggalkan kesan dan pengalaman berharga,”katanya.
Penggagas Festival Sastra Internasional Gunung Bintan tahun 2019, Rida K Liamsi, mengatakan acara ini sudah kedua kali dilaksanakan. “Tahun 2019 ini mengusung tema Segara Sakti Rantau Bertuah,” kata Rida.
Menurut dia, tema yang diusung ini bukan tanpa alasan, namun ada makna yang tersirat yakni kawasan maritim yang terbentang luas di masa lalu saat kejayaan kerajaan Melayu.
“Makna itu ingin kita hidupkan kembali,” kata Rida menambahkan.
Festival berlangsung selama 3 hari pada 28 sampai 30 Oktober, di ikuti sebanyak 266 orang peserta.
“Kami akan menggelar parade puisi dan pantun, seminar sastra, serta menelusuri jejak Pahlawan Raja Ali Haji di Pulau Penyengat,” katanya. (*)
Editor : Edi Faisol