“Hasil penelitian tersebut untuk kandungan merkuri (Hg) dalam kerang hijau di stasiun I sebesar 74,6 ppm, stasiun II sebesar 48,4 ppm, dan stasiun III sebesar 66,4 ppm,”
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Kerang hijau yang berasal dari teluk Jakarta dinilai tak layak dikonsumsi karena sudah tercemar logam berat dengan kandungan B3. Hal itu menjadi alasan rekomendasi ahli yang menyarankan agar warga tak mengkonsumsi kerang hijau atau perna veridis yang berasal dari kawasan Teluk Jakarta.
“Kerang hijau itu bergizi tinggi dan menyehatkan, tapi kerang hijau yang hidup di Teluk Jakarta sudah tidak layak dikonsumsi lagi,” kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan (FKIP) IPB University, Prof Etty Riani, Minggu, (13/10/2019).
Baca juga : Pantai Ancol ditebar 3 ton kerang hijau
Komunitas jaga laut Uncen bersihkan pantai Holtekam Selamatkan Lingkungan Dengan Gerakan Bersih Pantai dan Laut
Rekondasi agar tak mengkonsumsi kerang hijau asal teluk Jakarta telah ia sampaikan sejak tahun 2004. Saran itu bersumber dari hasil penelitian tentang kerang hijau di Teluk Jakarta sejak tahun 2000 yang menemukan kandungan logam berat selalu meningkat dari tahun ke tahun.
“Karena kerang hijau di Teluk Jakarta waktu itu sudah sangat banyak isunya sampai mengganggu alur pelayaran dan sebagainya,” kata Etty menambahkan.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan kerang hijau di Teluk Jakarta mengandung cukup banyak logam berat seperti mekuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr) dan timah (Sn). Data tentang kandungan logam berat dalam tubuh Kerang hijau di Teluk Jakarta juga dipublikasikan ke sejumlah jurnal nasional seperti Jurnal Alami Tahun 2009 dan jurnal internasional “Elsevier’ marine Pollution bulletin tahun 2018.
Penelitian dilakukan Etty dengan mengukur kadar kandungan logam berat Kerang hijau melakukan pengamatan di tiga stasiun. Yakni stasiun 1 di peraian berjalan 1.000 meter dari pantai dengan suhu terendah, stasiun dua jarak 2.000 meter, dan stasiun tiga jarak 3.000 meter. Bahkan penelitian diperluas sampai ke Pulau Onrust.
“Hasil penelitian tersebut untuk kandungan merkuri (Hg) dalam kerang hijau di stasiun I sebesar 74,6 ppm, stasiun II sebesar 48,4 ppm, dan stasiun III sebesar 66,4 ppm,” kata Etty mejelaskan.
Sedangkan timbal di stasiun I sebesar 24,0 ppm, stasiun II sebesar 22,8 ppm, dan stasiun III sebesar 21 ppm. Sedangkan Kadmium (Cd) pada stasiun I sebesar 4,6 ppm, stasiun I sebesar 4 ppm, dan stasiun III sebesar 3,00 ppm.
“Kadar konsentrasi logam berat di dalam kerang itu cukup tinggi sehingga tidak layak dikonsumsi lagi,” katanya.
Menurut dia, penyebab pencemaran di Teluk Jakarta karena kawasan tersebut sebagai tempat bermuara 13 sungai yang ada di wilayah Jabodetabek. Sungai-sungai tersebut mengalir dari hulu sampai hilir membawa sedimentasi bahan pencemar sehingga berakhir di Teluk Jakarta. (*)
Editor : Edi Faisol