Tenaga medis diminta layani pasien dengan senyum

Uskup Agung Merauke, Mgr. Nicolaus Adi Seputra, MSc mengguntingan pita saat soft opening RS Bunda Pengharapan Merauke – Jubi/Frans L Kobun
Uskup Agung Merauke, Mgr. Nicolaus Adi Seputra, MSc mengguntingan pita saat soft opening RS Bunda Pengharapan Merauke – Jubi/Frans L Kobun

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Merauke, Jubi – Sekretaris Daerah (Sekda) Merauke, Daniel Pauta, minta tenaga medis, baik dokter maupun perawat serta bidang di Rumah Sakit Bunda Pengharapan, agar melayani pasien dengan senyuman.

Read More

“Di sini terpampang tulisan kasih yang menyembuhkan. Terkadang di tempat lain, apalagi di rumah sakit besar, pelayanan kepada pasien kurang ramah. Olehnya, RS ini harus menampilkan pelayanan yang lebih baik,” pinta Sekda Daniel Pauta, ketika memberikan sambutan saat soft opening RS Bunda Pengharapan Merauke, Senin (25/3/2019).

Artinya, jelas Sekda Pauta, siapapun yang datang di rumah sakit tersebut untuk berobat, terima dengan senyuman. Layani dengan kasih dan pada waktunya pasien pulang ke rumah dengan senang hati. Pelayanan perawat di rumah sakit ini pasti akan dikenang terus.

“Sekalipun obat banyak dan peralatan lengkap, tetapi kalau pelayanan kepada pasien tak ramah, bisa saja pasien tak mengalami kesembuhan,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Sekda Pauta menyampaikan selamat untuk Yayasan Maria Lourdez Larantua yang akan menempati RS Bunda Pengharapan baru, sekalipun rumah sakit lama tetap berfungsi sampai menunggu penyelesaian rumah sakit dimaksud.

“Terima kasih juga kepada Keuskupan Agung Merauke, walaupun RS Bunda Pengharapan tidak langsung dibawah keuskupan, tetapi sedikit banyak ada kontribusi,” ungkapnya.

Selain itu, katanya, partisipasi RS Bunda Pengharapan yang sudah mengambil bagian dalam menunjang pembangunan di bidang kesehatan. Tak dapat dipungkiri jika sebagian besar masyarakat Merauke, sering memilih datang untuk dilayani di rumah sakit ini, ketimbang ke rumah sakit lain.

“Para suster dan dokter setia melakukan pelayanan kepada masyarakat tanpa dibatasi. Lalu tak heran ketika kita datang berobat, bukan hanya suster biarawati saja melayani. Tetapi juga ibu-ibu berjilbab ikut melayani,” katanya.

“Ini pertanda bahwa sekalipun RS Bunda Pengharapan dikelola orang Katolik, tetapi agama lain tak dibatasi masuk bekerja di situ. Jadi, rumah sakit itu bersifat universal,” ujarnya.

Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Imbuti, Xaverius Bavo Gebze, yang dimintai komentarnya minta pelayanan kepada semua masyarakat dapat dilakukan dengan baik.

Tentunya, menurut dia, siapa saja yang sakit dan membutuhkan pertolongan, agar tenaga medis  melayani dengan cepat. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply