Papua No. 1 News Portal | Jubi
Memasuki era industri 4.0, pemerintah melakukan transformasi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang saat ini bertumpu pada penguasaan teknologi dan inovasi sebagai andalan penciptaan nilai tambah.
“Syaratnya hanya satu, teknologi pengolahan sumber daya alam ini harus ada di kampung,” kata Made Budi, seorang peneliti dan perancang mesin teknologi pengolagan pangan lokal Papua, Selasa, 1 Oktober, 2019.
Menurut Made, bila teknologi mesin sudah sampai ke kampung, berarti masyarakatnya akan menikmati kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.
“Saya pribadi sudah merancang mesin pengolahan pangan lokal Papua, salah satunya mengolah singkong menjadi tepung tapioka supaya ekonomi masyarakat meningkat,” ujarnya.
Supaya ekonomi masyarakat Papua berubah, dikatakan Made, masyarakat harus beralih dari konsumen menjadi produsen, agar tidak semua kebutuhan sembilan bahan pokok dipasok dari luar Papua.
“Kalau itu tidak terjadi maka efek sumber daya alam Papua jadi kecil yang dirasakan masyarakat, saya pikir harga mati teknologi harus masuk kampung, tidak perlu ditunda lagi agar masyarakat Papua bisa merasaan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki,” katanya.
Sebagai seorang peneliti dan perancang mesin teknologi pengolahan pangan lokal Papua, dikatakan Made, pemerintah daerah harus memahami bila mesin yang akan diberikan kepada masyarakat agar tepat sasaran pengolahannya.
“Saya sendiri berusaha mati-matian untuk membuat teknologi itu, sudah banyak mesin pengolahan pangan lokal Papua yang saya ciptakan agar kekayaan sumber daya alam Papua ini harus dinikmati oleh masyarakat, kalau ada teknologi yang bagus dan tepat,” ujarnya.
Menurut Made, masyarakat pada dasarnya animo kerja kerasnya ada, hanya saja teknologi mesin yang dipakai tidak sesuai harapan yang membuat semangat kerja kendor lagi.
Papua memiliki kekayaan sumber alam selain tambang, yaitu sagu, coklat, ikan, buah merah, kopi, kelapa, dan umbi-umbian, yang berpotensi mengubah pertumbuahn ekonomi masyarakat.
Namun, sumber daya alam tersebut belum terkelola dengan baik, karena minimnya pengetahuan dan peralatan yang kurang memadai guna menunjang produk unggulan di Papua.
“Yang belum tersentuh pengolahannya adalah umbi-umbian yang diolah menjadi tepung tapioka, kalau ini tersentuh maka meningkatkan ekonomi masyarakat secara signifikan,” ujarnya.
Menjawab tantangan industrialisasi teknologi tepat guna, dikatakan Made, ada banyak hal yang harus dibenahi pemerintah daerah saat ini untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.
Misalnya pengadaan mesin, dinas terkait harus paham mesin yang akan diberikan kepada masyarakat dan selalu mendapatkan pendampingan dalam mengolah sumber kekayaan alam untuk mencapai target kualitas dan kuantitasnya.
“Cepat atau lambat, Papua bisa mandiri dalam segalanya karena teknologi bisa mengubah ekonomi masyarakat dari kondisi pasif menjadi aktif, melalui pendekatan teknologi, sumber daya alam Papua dapat terkelola dengan baik dan terampil,” ujarnya.
Misalnya, dikatakan Made, pengolahan singkong dari manual yang memerlukan waktu lama. Setelah teknologi masuk ke kampung, maka pekerjaan itu menjadi cepat.
“Teknologi yang diciptakan harus mesin tepat guna sehingga mudah dimanfaatkan sesuai kondisi dalam pengelolaan sumber daya alam, harus ada kontrol kualitas alat yang diprogramkan, maka masyarakat Papua cepat berkembang,” katanya.
Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, mengatakan tanpa adanya pengolahan menggunakan mesin-mesin modern, maka produk dari sumber daya alam Papua sulit bersaing dengan produk serupa dari daerah lain di Indonesia.
“Maka diperlukan dukungan yang kuat dari teknologi yang efisien, mutu produk yang terjamin, dan rantai sistem produksi yang efisien dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Menurut Tomi Mano, Pemerintah Kota Jayapura selalu memberikan bantuan untuk menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Bantuan-bantuan yang kami berikan kepada masyarakat terlalu banyak, ratusan orang sudah menerima bantuan, jadi jangan anggap wali kota tidak memperhatikan masyarakat kurang mampu, pemerintah hadir untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya,” ujarnya.
Selain pemberian bantuan, dikatakan Tomi Mano, pendampingan yang dilakukan, yaitu manajemen keuangan dan penyelesaian kendala kepada usaha yang dijalankan agar lebih giat lagi.
“Dana kampung tahun ini ada Rp115 miliar, semoga dengan dana ini bisa menyejahterakan masyarakat di kampung, kami terus mengawasi dan mendampingi pengelolaanya agar tepat sasaran sehingga masyarakat kampung bisa sejahtera dan mandiri,” ujarnya.
Tomi Mano berharap sumber daya manusia yang didukung teknologi mesin yang efisien dapat menggerakkan roda perekonomian di Kota Jayapura, sekaligus memotong rantai distribusi yang terlalu banyak.
“Jika itu bisa diwujudkan, maka biaya transaksi juga pada akhirnya menjadi lebih murah, pada akhirnya masyarakat Papua bisa menikmati kekayaan sumber daya alam yang dimiliki,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi