Tekan inflasi dengan konsolidasi antar lembaga

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Jayapura, Jubi – Tingginya angka inflasi di Papua mendorong Badan Pusat Statistik untuk memacu kembali konsolidasi antar lembaga. Menurut Kabid Statistik Distribusi BPS Papua, Bambang Wahyu Ponco Aji, fenomena inflasi yang terjadi dalam dua tahun terakhir banyak disebabkan terhambatnya pasokan barang dan transportasi serta ketersediaan bahan makanan.

Menurut Bambang, perlu koordinasi dan konsolidasi untuk mengantisipasi kenaikan bahan makanan mentah yang didatangkan dari luar daerah. Utamanya terkait dengan transportasi dan  peningkatan produksi dari dalam daerah.

“Sebab kita masih mengandalkan dari luar dan ini biasanya terkendala jika karena transportasi dan cuaca,” katanya Rabu (2/1/2018).

Secara umum, Bambang menjelaskan faktor pendorong  terjadinya inflasi tahunan di Kota Jayapura adalah kenaikan harga yang cukup signifikan selama tahun 2018. Selain itu ada kenaikan sejumlah komoditi antara lain secara berurutan angkutan udara, ikan ekor kuning, ikan cakalang, tarif ponsel, cabe rawit, daging ayam ras, telur ayam ras.

Bambang sangat mengapresiasi kinerja Bank Indonesia sebagai koordinator Tim Penanganan Inflasi Daerah (TPID) yang membuat dan mengembangkan sistem kluster yang ada seperti bawang merah di keerom dan merauke serta kluster ikan di Biak untuk mengantisipasi kelangkaan bahan makanan di Papua. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Joko Supratikto dalam acara pertemuan tahunan BI beberapa waktu lalu mengatakan, percepatan pembangunan infrastruktur strategis di Papua turut mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.

Secara keseluruhan tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Papua diperkirakan sebesar 11,26-11,66 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 sebesar 4,64 persen.

“Secara umum pertumbuhan ekonomi Papua pada tahun 2018 didorong oleh peningkatan produksi tambang secara signifikan dan memprediksi pada triwulan IV tahun 2018, pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi  terkontraksi, berada dikisaran -5,2 hingga -4,8 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2017,” jelas Joko. (*)

 

Related posts

Leave a Reply