Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Jayapura, Jubi,-Pemerintah Provinsi Papua mendorong pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di lima wilayah adat menjadi daya tarik selama pelaksanaan PON XX tahun 2020 mendatang. Sejumlah hasil hutan non kayu itu di antaranya minyak kayu putih, madu, buah merah, sarang semut dan kapas.
“Sehingga apa yang menjadi daya tarik bisa dikelola dengan baik, misalnya di wilayah Saireri menampilkan daun darah, yang tidak ada di dunia,” kata Assisten Bidang Perekonomian dan Kesra Sekda Papua, Elia Loupatty, di Jayapura, Kamis (9/11/2017).
Elia menyebutanselain hasil hutan terdapat hewan khas asli Papua "Ada juga kura-kura mocong babi yang saya pikir ke depannya bisa dikembangkan, dan di tampilakan saat PON XX nanti," kata Elia menambahkan.
Menurut dia pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) juga mampu mendongkrak ekonomi masyarakat, selain ia berharap hasil hutan itu juga mampu mengubah pola pikir yang tak hanya menjadikan kayu sebagai komoditi hutan.
"Itu menjadi salah satu solusi, sehingga masyarakat tidak lagi berfikir bagaimana menebang pohon untuk memenuhi kebutuhan, tetapi dengan pengembangan HHBK," katanya.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Yan Yap Ormuseray mengatakan saat ini telah membentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di 14 kabupaten di Papua. Meliputi Kepulauan Yapen, KPHP Keerom, Waropen, Lintas Mamberamo-Sarmi, Sepik Pegunungan Bintang, Nduga, Kota Jayapura, Sarmi, Boven Digoel, Biak Numfor, Mimika, Jayawijaya, Lanny Jaya, dan Nabire.
"KPH tersebut dibentuk sesuai dengan amanat undang-undang nomor 23 tahun 2014, tentang pemerintahan daerah,” kata Ormuseray.
Kelembagaan KPH otomatis menjadi wewenang provinsi dan bekerja untuk mendukung visi pemerintah provinsi Papua. "Yaitu Papua bangkit, mandiri dan sejahtera," katanya. (*)