Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Wilayah Papua dan Papua Barat, Sopran Kenedi, mengungkapkan pihaknya terpaksa meminjam pakai gudang milik mitra kerja Bulog Sub Divre Merauke untuk menampung beras petani. Gudang itu berkapasitas 800 ton.
“Memang kita meminjam pakai gudang mitra kerja, karena gudang milik Bulog Sub Divre Merauke, tidak ada ruang kosong menyerap beras petani lagi,” ungkap Sopran kepada sejumlah wartawan, Rabu (30/10/2019).
Pihak Bulog selalu mencari usaha untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Khusus jangka panjang, akan dibangun gudang berkapasitas 1000 ton beras di Distrik Tanah Miring. Tahun depan, perencanaan sudah dapat dilakukan agar pembangunan segera direalisasikan.
Selain itu, melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke untuk meminjam dua gudang masing-masing berkapasitas 2.500 ton untuk dapat dimanfaatkan menampung beras petani.
Lebih lanjut Sopran menjelaskan beberapa waktu lalu Bulog Sub Divre Merauke mengirim beras ke Kabupaten Mimika sebanyak 4.000 ton. Berbagai upaya dilakukan itu, tidak lain agar space gudang bisa kosong, sehingga pembelian beras petani dapat dilakukan secara kontinu.
Dikatakan, penyerapan beras terus dilakukan. Namun kalau terus diserap dan tak keluar dari gudang, otomatis akan mengalami kerusakan. Itu juga menjadi salah satu pertimbangan.
“Saya juga mengimbau kepada pengusaha swasta agar bisa menyerap beras petani. Jadi tidak hanya Bulog Sub Divre Merauke,” pintanya.
Sopran mengharapkan petani terus menjaga kualitas beras ketika akan dijual. Jika kualitasnya buruk, otomatis tidak dibeli. Itu yang harus diperhatikan baik.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Merauke, Slamet Suwardi, mengatakan dalam beberapa bulan terakhir dirinya selalu menerima keluhan petani terkait beras yang telah digiling tapi tak kunjung dibeli.
Akibatnya, lanjut dia, mereka mengalami kesulitan membayar utang ke bank. Ini menjadi perhatian bagi pemerintah maupun Bulog agar secepatnya direspons. (*)
Editor: Dewi Wulandari