Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Dengan peralatan trimmer, clipper, sisir, dan gunting, Gilang Ramadan, 21 tahun, mulai memangkas rambut pelanggan. Kali ini model potongan gaya caesar’s cut.
“Jenis potongan ini memiliki volume yang lebih tebal di bagian atas, kemudian menipis secara bertahap ke bagian dasarnya,” katanya.
Dengan menggunakan trimmer, Gilang memulai denganmembuat guite untuk pola rambut sebagai garis yang jadi patokan gradasi. Ketebalan dan porsi gradasinya bergantung pada gaya rambut yang diinginkan.
Ia lalu beralih memakai sepatu clipper nomor satu membuat pola dengan ukuran yang sama secara menyeluruh dari sisi kiri hingga ke sisi kanan. Pola awal dibuat sebesar satu jari atau satu inci.
Kemudian ia melanjutkan dengan menghilangkan garis pola tersebut menggunakan sepatu clipper 0,5 dengan tuas ke atas. Caranya dengan menggosok menyeluruh dari sisi kiri ke kanan hingga garis tersebut hilang dan menciptakan hasil blur atau memudar.
BACA JUGA: Anak-anak jalanan Jayapura mandiri lewat usaha kopi “Q’ Tong Pu Kopi”
Setelah itu Gilang mengurangi rambut bagian atas memakai sepatu clipper nomor dua untuk menghubungkan potongan rambut bagian bawah yang telah dibuatnya sebelumnya sehingga menciptakan satu potongan gradasi yang rapi dan halus yang dinamakan potongan fade atau memudar.
Gaya Fade atau memudar adalah jenis potongan yang memberikan efek gradasi pada kelebatan rambut dan kulit kepala. Potongan terpendek dimulai dari leher hingga secara perlahan menebal di bagian atas kepala.
Selanjutnya ia memakai pisau cukur untuk membuat outline atau garis terluar rambut pada rambut bagian depan secara presisi. Kemudian sentuhan tahap akhir mencuci dan menata rambut.
Berhubung gaya rambut dipotong berbentuk gaya caesar’s cut, jadi cara menatanya hanya cukup diberi sedikit minyak rambut dan atur secara perlahan mengikuti arah pertumbuhan rambut.
“Lama cukuran bisa 45 menit sampai 60 menit,” ujarnya.
Itulah pekerjaan Gilang sehari-hari sebagai jasa cukur rambut yang dijalaninya di dalam bangunan semi permanen berukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter di Jalan Geriliawan No.105d, Yobe, Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Pekerjaan ini sudah ditekuninya sejak Maret 2020. Sebelumnya ia sempat bekerja di Pengadilan Tinggi Papua setelah tamat dari SMK Negeri 5 Jayapura pada 2018.
“Setelah berhenti bingung mau bikin apa? Lihat pangkas rambut saya berpikir bagus bikin bisnis begini, akhinya pinjam modal sama orang tua bikin usaha ini,” ujarnya.
Dengan modal Rp120 juta ia memulai membuat bangunan di depan rumah neneknya dan mendatangkan peralatan dari Jakarta. Untuk meningkatkan kemampuan Gilang mengikuti kursus dari Januari sampai Febuari 2020 di Jakarta.
“Saya pergi ke sana (Jakarta-red) bukan hanya sekedar belajar cukur rambut, tetapi saya diajarkan cara membangun relasi dengan pelanggan, karena kalau tidak bangun relasi bagaimana pelanggan mau kembali cukur lagi ke tempat saya,” katanya.
Gilang tertarik dengan usaha barbershop juga berawal dari hobi. Menurutnya usaha tersebut memiliki prospek yang bagus dan tidak akan mati. Artinya, tidak memilki waktu kadaluwarsa,. tidak seperti usaha kios yang barangnya expired harus dibuang dan diganti baru.
“Sudah dengan sendirinya jadi hobi begitu, bukan hanya pekerjaan,” ujarnya.
Karena hobi itu pula yang membuatnya bertahan di bisnis potong rambut. Ia dari dulu memang ingin membuka usaha barbershop dan baru terwujud sekarang.
“Barber kan semua alatnya keras dan dalam jangka pendek tidak ada kerugian,” ujarnya.
Gilang menjalankan usaha sendiri. Ia melayani pelanggan setiap Senin sampai Sabtu mulai pukul 10 pagi hingga pukul 8 malam dengan harga sekali cukur Rp50 ribu. Sehari ia mampu memotong rambut hingga 10 orang dengan penghasilan per hari Rp500 ribu. Setelah dikurangi modal, makan, dan minum ia mengantongi profit sehari Rp300 ribu.
“Saya cukur harga standar saja Rp50 ribu, itu sudah termasuk cukur, cuci, dan style, soalnya saya lihat pasar di Jayapura, barber kan sudah banyak,” katanya.
Ada hal menarik dari Gilang ketika mencukur rambut, sekalian sambil mengajarkan pelanggan. Ia melakukan itu agar pelanggan juga mengerti gaya rambut potongannya. Jika para pelanggan kesulitan menentukan gaya potongan, ia dengan cekatan memperlihatkan gaya-gaya potongan, tetapi selalu disesuaikan dengan bentuk rambut pelanggan. Bagi Gilang mencukur rambut adalah karya seni sehingga perlu dihargai.
“Jika si pelanggan bingung dengan model saya kasih tunjuk modelnya, selain itu saya kasih tahu namanya supaya si pelanggan juga tahu selama ini dirinya cukur model ini, saya edukasi setiap hari bagi pelanggan,” ujarnya.
Di masa pandemi Covid-19 dalam memotong rambut ia tetap menaati protokol kesehatan. Setelah digunakan alat-alat distrerilkan dengan cairan disinfektan.
“Dari situ kok saya tertarik sama dunia barber, keren begitu, saya harap pemerintah bisa perhatikan UMKM beginian,” katanya.
Pelanggan Tiber Barbershop, Maikel Ansanai rutin dalam dua bulan sekali memotong rambut di sana. Menurutnya memotong rambut di barber hop lebih nyaman, pelayanan memuaskan, dan harga masih terjangkau.
“Saya memang orangnya suka kerapian jadi rambut su panjang sedikit langsung gunting, pelayanan luar biasa tidak bosan, saya juga diajarkan bagaimana cara merawat rambut, terus potongan rambutnya bagus, pas sesuai dengan kepala,” ujar Ansanai. (*)
Editor: Syofiardi